Usia Bendungan Jatiluhur Bertambah Jadi 200 Tahun, Saguling dan Cirata Berkurang
"Saat ini dalam kajian enam tahun lalu, lifetime Jatiluhur ini bertambah dua kali lipat jadi 200 tahun," ujar Direktur Utama Perum Jasa Tirta
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Kisdiantoro
PURWAKARTA,TRIBUNJABAR.CO.ID - Masa usia Bendungan Ir H Juanda atau akrab Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta diklaim bertambah dua kali lipat saat ini. Dalam design awal, bendungan yang dibangun era 1960-an itu ditaksir berusia 100 tahun.
"Saat ini dalam kajian enam tahun lalu, lifetime Jatiluhur ini bertambah dua kali lipat jadi 200 tahun," ujar Direktur Utama Perum Jasa Tirta II Djoko Saputro di Purwakarta, Senin (7/11).
Penyebabnya karena sedimentasi Sungai Citarum yang tinggi justru ditampung dulu di Bendungan Saguling dan Cirata yang juga sama-sama membendung Sungai Citarum.
"Sehingga, keberadaan Bendungan Jatiluhur bisa dibilang terselamatkan namun bendungan lainnya sebelum Jatiluhur, yakni Saguling dan Cirata lifetimenya justru jadi berkurang," ujar Joko.
Meski begitu, Bendungan Jatiluhur tidak lantas tanpa permasalahan. Saat ini, keberadaan keramba jaring apung (KJA) justru jadi permasalahan yang pelik.
"Petani KJA itu rata-rata menggunakan bahan-bahan kimia yang menghasilkan H2S atau hidrogen sulfida yang bisa membuat air jadi asam. Sehingga, itu membuat turbin (berbahan besi) jadi korosif karena keasamannya," ujar Djoko.
Direktur Pengelolaan Air PJT II Harry M Sungguh menambahkan saat ini sudah ada 23 ribu petani KJA yang beroperasi. "Padahal idealnya Jatiluhur hanya bisa menampung 4 ribu KJA," katanya.
Sejak tiga tahun terakhir, pihaknya telah gencar melakukan operasi penertiban KJA dan hingga kini belum tuntas. Kendalanya kata dia, bukan karena keterbasan dana.
"Tapi karena keterbatasan fisik saja. Anda bisa bayangkan menertibkan KJA itu membutuhkan proses. Makanya, rata-rata dalam setahun kami baru bisa menertibkan 4000 KJA," katanya. (men)