Feature
Ada Jembatan Menyeramkan di Situ Cipule Desa Mulyasari Karawang
JEMBATAN kayu sepanjang 200 meter membentang membelah salah satu kawasan Situ Cipule,.....
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Dicky Fadiar Djuhud
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
KARAWANG,TRIBUNJABAR.CO.ID --- Jembatan kayu sepanjang 200 meter membentang membelah salah satu kawasan Situ Cipule, Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang, tempat diselenggarakannya lomba dayung PON XIX Jabar.
Sekilas, jembatan kayu yang sepanjang 200 meter fondasinya ditopang puluhan drum itu terasa menyeramkan. Soalnya, jembatan kayu itu mengapung di tengah-tengah hamparan eceng gondok di atas danau.
Sehingga, saat dilintasi, imajinasi liar muncul, hewan-hewan liar keluar dari balik rimbunnya eceng geondok yang mengelilingi jembatan. Sama halnya seperti dalam film-film holywood bercerita hewan buas.
Lebar jembatan tidak kurang dari 2 meter. Pinggiran danau dibuat pembatas batang bambu. Kayu balok disusun sepanjang 200 meter sebagai dasar jembatan. Saat dilintasi, jembatan bergoyang, apalagi saat dilintasi roda dua.
Pantauan Tribun, dari titik awal penyebrangan hingga ujung, eceng gondok benar-benar mendominasi sekeliling jembatan. Meski jembatan itu berada di atas air, permukaan air pun tak terlihat karena terhalang rimbunnya eceng gondok.
Jembatan itu dibuat sejak 4 bulan lalu oleh seorang pria tua bernama Dafi (80) beserta tiga rekannya. Bersamaan dengan itu, mereka juga membuat perahu penyebrangan Sungai Citarum. Jadi, sebelum melintasi jembatan, setiap orang yang melintasi harus menumpang perahu cukup besar untuk menyebrang dengan biaya Rp 2000.
"Jadi perahu penyebrangan dan jembatan ini dibuat satu rangkaian. Fungsinya menghubungkan warga Desa Ciampel Kecamatan Mulyasari dengan Desa Cimahi Kecamatan Kalri yang terpisah Sungai Citarum dan Situ Cipule," ujar Dafi di saat dihubungi Tribun, Minggu (25/9).
Dana pembangunan perahu penyebrangan dan jembatan berasal dari dana pribadi. Perahu penyebrangan dananya murni dari rekannya asal Brebes, Jawa Tengah. Adapun dana jembatan total menghabiskan Rp 280 juta.
"Untuk bantu orang saja, jika ada orang yang mau ke Klari bisa jalan pintas kesini, tidak usah memutar," ujarnya. Setiap pelintas diminta uang seikhlasnya untuk perawatan jembatan, berikut untuk biaya penyebrangan sebesar Rp 2 ribu.
Belakangan, jembatan itu tidak lagi sebatas penghubung, namun juga dijadikan tempat wisata. "Banyak orang yang foto-foto disini," ujar dia. (*)