Kisah Inspirasi
Kisah Abah Uju dari Purwakarta: Berpuluh Tahun Keliling Desa Meminjam-minjamkan Buku
MESKI usianya sudah tak lagi muda, Rahmat Juju Junaedi masih saja berkeliling dengan sepedanya meminjam-minjamkan buku . . .
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
MESKI usianya sudah tak lagi muda, Rahmat Juju Junaedi masih saja berkeliling dengan sepedanya meminjam-minjamkan buku kepada warga di desanya. Dulu, itu ia lakukan setiap hari. Kadang dengan berjalan kaki, dari pagi hingga sore.
DITEMUI di kediamannya di rumahnya di Desa Gunung Hejo, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jumat (5/8), Abah Uju, begitu lelaki berusia 68 tahun itu biasa disapa, bercerita, kegiatan meminjam-minjamkan buku ini ini sudah ia lakukan sejak 1988.
Semua itu, ujarnya, ia lakukan tanpa pamrih. Semata-mata didorong keinginannya membuat semua warga desanya mau, syukur-syukur jadi gemar membaca seperti dia. Semua bukunya ia pinjamkan secara gratis. Saat itu, bukunya belum begitu banyak.
Selain membelinya sendiri, kata Abah Uju, pada awalnya sebagian besar buku koleksinya adalah pemberian anaknya yang memang sangat suka membaca. Karena kegiatannya ini, sosok Abah Uju menjadi sangat terkenal di desanya. Ini pula yang kemudian mendorong orang-orang rela menyumbangkan buku- buku mereka kepadanya.
"Ada yang sumbangan perusahaan swasta, pemerintah, bahkan anak-anak mahasiswa yang sedang KKN," ujar Abah Juju.
Itu sebabnya, buku-buku koleksinya pun beragam. Mulai buku cerita, komik, hingga buku pengetahuan umum.
Di usianya yang memasuki masa senja, aktivitasnya keliling kampung dengan berjalan kaki dan bersepeda mulai berkurang. Namun, di akhir pekan ia tetap mengampanyekan membaca buku pada warga sekitar.
"Sekarang masih keliling kampung setiap hari Minggu, keluar pagi pulang sore. Pakai sepeda, masih pinjam-pinjamkan buku," ujar Abah Uju.
Meski tak setiap hari lagi berkeliling meminjam-minjamkan buku, hari-harinya masih tetap sibuk mengelola perpustakaan kecil di rumahnya yang ia namai perpustakaan "Saba Desa". Total koleksi bukunya sudah mencapai 14.876 buah. Sebagian masih kerap ia bawa berkeliling.
Selain mengelola perpustakaan, Abah Uju juga rajin membuat kerajinan suling. Kemahirannya membuat seruling itum, menurut Abah Uju, ia dapat secara autodidak. Berawal saat tanpa sengaja menemukan banyak sekali bambu tamiang di salah satu kampung yang ia kunjungi. Saat itu langsung terpikir untuk membuat suling, tapi ketika itu ia belum tahu caranya.
"Akhirnya, saat kebetulan sedang main ke Kebun Binatang Bandung, saya pun membeli seruling. Di rumah, saya contoh itu seruling dan akhirnya bisa bikin seruling sampai sekarang," ujar pensiunan mandor di PT Perkebunan Negara (PTPN) ini.
Abah Uju mengaku sempat pula menjual alat musik buatannya itu kepada anak-anak sekolah. "Tak hanya menjual, saya juga ngajarin anak-anak itu cara memainkannya. Biasanya, sehari atau dua hari sudah lancar, anak-anak sudah tahu lagu," ujarnya.
Namun, semua itu akhirnya ia hentikan karena anak-anak yang ia ajari itu tiba-tiba jadi tak lagi membawa seruling dan tak mau belajar. Ia mengaku tidak tahu kenapa. "Tapi, kabarnya karena salah seorang guru di sekolah tempat anak-anak itu belajar mengatakan bahwa bermain seruling itu adalah perbuatan yang tidak baik. Sejak saat itu, saya berhenti. Sekitar 150-an seruling yang saya buat juga saya biarkan begitu saja," ujarnya.
Namun, pembuatan seruling kemudian kembali dilakukan Abah Uju setelah tanpa disangkanya, apa yang selama ini ia lakukan itu ternyata tak luput dari perhatian pemerintah setempat. Saat menyambangi perpustakaan Abah Uju, Jumat lalu, Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, bahkan mengangkat Abah Uju sebagai tenaga harian lepas (THL) dengan honor Rp 2,5 juta per bulan.
Tugas Abah Uju hanyalah membuat seruling dan mengajarkannya kepada anak-anak di Pendopo Pemkab Purwakarta.
"Di Pendopo itu, kan, ramai warga yang main. Nah, mulai sekarang si Abah Uju jadi THL. Tugasnya bikin semacam kursus membuat dan belajar suling di Taman Pendopo. Jadi, warga selain main juga bisa belajar sama si Abah," ujar Dedi.
Tak hanya itu, Dedi pun berjanji segera membangunkan "Saung Baca" buat Abah Uju dan menambah koleksi bukunya. "Keikhlasan pengabdian Abah Uju harus diapresiasi oleh seluruh masyarakat Purwakarta," katanya. (*)
Naskah ini juga disajikan di Tribun Jabar edisi cetak hari ini, Minggu (7/8/2016). Ikuti berita menarik lainnya di twitter: @tribunjabar dan fan page facebook: tribunjabaronline.