Bermain di Kuburan Gerbong
Wisata Ini Terlarang Tapi Mengasyikan
RATUSAN bangkai gerbong kereta api memadati salah satu sudut Stasiun Kereta Api Purwakarta.
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha
RATUSAN bangkai gerbong kereta api memadati salah satu sudut Stasiun Kereta Api Purwakarta. Saking banyaknya, gerbong-gerbong kereta itu ditumpuk hingga setinggi lebih dari 10 meter.
SEBAGIAN besi-besi gerbong yang tak terpakai sudah berkarat. Kawasan penyimpanan gerbong- gerbong ini terlarang untuk umum. Itu terlihat dari papan pengumuman yang ada di bagian belakang stasiun. Meski begitu, hampir setiap hari ada saja yang sembunyi-sembunyi masuk.
Larangan masuk dan bermain-main di "kuburan" gerbong tentu bukan tanpa alasan. Pertama, ini bukan tempat wisata. Kedua, kawasan ini berbahaya.
"Gerbong-gerbong yang ditumpuk itu bisa saja roboh dan mengenai warga yang main di sana. Karena itu, warga dilarang masuk, apalagi bermain-main di sana," ujar Sobirin (40), petugas keamanan stasiun yang menjaga gerbong-gerbong itu, Jumat (15/4/2016).
TRIBUN JABAR/MEGA NUGRAHA
Karena kawasan ini terlarang, para petugas akan langsung mencegah pengunjung yang mencoba masuk melalui pintu depan stasiun.
Namun, dari bagian belakang stasiun, tak ada hambatan untuk memasukinya. Selain tak berpenghalang, tak ada petugas yang siaga di bagian belakang.
Dari "pintu" belakang, warga bisa leluasa masuk dan menyusuri labirin di antara tumpukan gerbong. Tak hanya itu, warga juga bisa masuk, duduk-duduk, bahkan berlarian di dalam gerbong.
"Di sini juga bagus untuk foto-foto karena tempatnya unik," ujar Siti Nur Kurnia (20), mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Purwakarta, yang kemarin sengaja "berwisata" ke "kuburan" gerbong.
Hal senada dikatakan Febrianto (25), warga Kabupaten Karawang, yang kemarin sengaja datang menggunakan kereta api dan berhenti di stasiun ini.
Ia bahkan rela berjalan kaki bersama empat rekannya menuju bagian belakang stasiun agar bisa leluasa masuk ke "kuburan" gerbong.
TRIBUN JABAR/MEGA NUGRAHA
"Tempat ini menarik banget. Gerbong-gerbong yang ditumpuk tinggi sekali itu adalah pemandangan yang jarang dilihat," ujar Febrianto.
Karena penasaran, sering juga warga yang datang nekat memanjat gerbong-gerbong itu hingga bisa masuk ke gerbong yang paling atas.
Petugas tentu akan segera mengusir mereka jika kebetulan tahu. Tapi, karena petugas datang hanya sesekali, banyak juga pengunjung yang sukses mencapai puncak.
Saridal, Kepala Daerah Operasi (Daops) PT Kereta Api Indonesia (KAI) Wilayah IV, mengatakan gerbong-gerbong kereta tak terpakai itu adalah gerbong KRL yang pernah beroperasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Setiap tahun, ujarnya, selalu datang kiriman gerbong yang tak terpakai.
"Jumlah yang dikirim ke Purwakarta tiap tahun berbeda-beda, bisa kurang dari 50 unit gerbong, tapi bisa juga lebih," ujarnya.
Ia mengatakan, gerbong-gerbong bekas itu hanya sementara disimpan di Stasiun Purwakarta sambil menunggu proses lelang.
"Secara rutin, gerbong-gerbong itu dilelang ke perusahaan-perusahaan besi untuk dilebur kembali," ujarnya. (*)
Naskah ini juga dimuat di Tribun Jabar edisi cetak hari ini, Sabtu (16/4/2016). Ikuti berita-berita menarik terbaru lainnya melalui akun twitter: @tribunjabar dan fan page facebook: tribunjabaronline.