Proyek Monorel Dibatalkan, Pemprov Jabar Ganti dengan Light Railway Transit
Konstruksi LRT ini ringan dan bisa beroperasi atau berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam satu lintasan khusus, biasa disebut juga tram.
Penulis: M Zezen Zainal Muttaqin | Editor: Machmud Mubarok
BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID - Pemprov Jawa Barat memastikan pembangunan proyek monorel Bandung Raya resmi dibatalkan. Sebagai gantinya, Pemprov akan membangun jaringan kereta ringan atau Light Railway Transit (LRT) Bandung Raya yang nantinya akan terintegrasi langsung dengan jalur Kereta Cepat Bandung-Jakarta.
LRT merupakan salah satu sistem kereta api penumpang yang beroperasi di kawasan perkotaan. Konstruksi LRT ini ringan dan bisa beroperasi atau berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam satu lintasan khusus, biasa disebut juga tram.
"Monorel disetop. Kita ganti dengan LRT. Masa dua-duanya. Nanti LRT ini akan nyambung dengan kereta cepat. Di Jakarta sudah ada LRT, sudah LRT saja-lah," ujar Heryawan kepada wartawan di Gedung Sate, Senin (11/4).
Keputusan Pemprov Jabar untuk memilih LRT ini cukup mengagetkan. Pasalnya, sebelumnya Pemprov Jabar sempat berencana akan kembali melanjutkan proyek monorel Bandung Raya yang sempat tidak jelas kelanjutannya.
Bahkan, proyek monorel tersebut rencananya akan dimulai tahun depan setelah Pemprov Jabar memperoleh kepastian dari China yang kembali menyatakan komitmennya untuk membantu dalam pendanaannya.
Terlebih, pihak China maupun Pemprov Jabar pun menginginkan proyek tersebut disinkronkan dengan megaproyek lainnya yaitu kereta cepat Bandung-Jakarta dan LRT Kota Bandung.
Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Jawa Barat, Deddy Taufik mengatakan sinkronisasi atau pengintegrasian antara monorel Jawa Barat (Bandung Raya) dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung serta LRT Kota Bandung merupakan suatu keharusan sekaligus kebutuhan. Menurutnya, ketiga moda transportasi berbasis rel tersebut sudah seharusnya terkoneksi satu sama lain karena saling terkaitan.
"Masa sekarang dari Jakarta ke Bandung cuma 35 menit (pakai kereta cepat), tapi terus naik bus kota. Jadi misalnya turun dari kereta cepat hendak ke Tanjungsari, Sumedang, ya tinggal naik monorel," ujar Deddy ketika itu.
Dikatakan Deddy, Dishub Jabar sendiri akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk memuluskan proyek-proyek tersebut. Ia menyebut integrasi antar moda ini pasti akan membutuhkan studi ulang terkait trase, namun khusus monorel Bandung Raya kemungkinan tidak akan berubah.
Kemarin, gubernur yang akrab disapa Aher ini, konsep LRT ini akan terintegrasi langsung dengan titik akhir kereta cepat Bandung-Jakarta di kawasan Tegalluar, Bandung. Jaringan LRT tersebut selanjutnya akan menghubungkan Tegalluar dengan sejumlah daerah di wilayah Bandung Raya seperti halnya rencana pembangunan monorel.
Dijelaskan Aher, salah satu alasan utama mengapa Pemprov Jabar akhirnya memutuskan untuk menyetop rencana pembangunan monorel dan menggantinya dengan pembangunan LRT yakni agar pembangunan LRT tersebut dibiayai oleh pemerintah pusat melalui APBN. Hal tersebut, kata Aher, merujuk kepada pembangunan LRT Jabodebek (Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi) yang juga pendanaannya dibiayai oleh APBN.
"Kita usulkan pembangunan LRT ke pusat, dan ternyata gayung bersambut. Insya Allah akan tertuang LRT Bandung Raya di Raperpres. Pembiayaan LRT ini kita usulkan dari APBN," jelas gubernur.
Menurutnya, pembiayaan pembangunan LRT Bandung Raya ini sangat penting untuk bisa dibiayai oleh APBN agar tarif yang akan dibebankan ke masyarakat bisa terjangkau. Namun agar lebih terjangkau, Aher menyatakan Pemprov Jabar pun siap untuk mendanai pembangunan LRT Bandung Raya tersebut.
"Tarif LRT Jabodebek (Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi) kan murah. Itu karena ada APBD DKI. Kalau Bandung Raya lebih mahal, kan bahaya. Jadi kita siapkan anggaran agar tarif LRT Bandung Raya lebih murah," ujarnya seraya menyebut bantuan APBD Jabar akan disesuaikan kemampuan kas daerah.
Aher menyebut LRT Bandung Raya ini bisa menghubungkan semua wilayah di Kota Bandung dan sekitarnya seperti dari Tegalluar ke Soreang, ke Tanjungsari, ke Dago atau Tegalluar ke Cimahi, ke Padalarang dan ke tempat lainya.
Sekretaris Daerah Jabar Iwa Karniwa mengatakan, pergantian monorel ke LRT ini pun sesuai dengan hasil kajian pemerintah pusat. "Berdasarkan kajian pusat, maka monorel diubah jadi LRT," kata Iwa.
Meski begitu, Iwa memastikan, jumlah trase yang akan digunakan LRT ini sama dengan monorel yakni delapan. Dua trase berada di Kota bandung, sedangkan sisanya menuju Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, dan Kota Cimahi. (zam)