Masih Ingat dengan Kaset Jadul Ini? Yuk Nostalgia dengan Mixtape
banyak anak muda sekarang yang tidak mengetahui salah satu cara penyimpanan lagu yang terbilang konvensional
MUSIK selalu jadi teman hidup banyak orang saat melakukan berbagai aktivitas. Baik muda atau tua, pelajar atau pekerja semuanya mendengarkan musik di sela-sela kegiatannya. Tidak heran jika radio saja kini lebih banyak yang memutarkan musik dalam satu hari dibandingkan memunculkan suara penyiarnya. Hal ini karena pendengar lebih ingin mendengarkan musik dibandingkan obrolan penyiarnya.
Perkara musik pun berkaitan dengan metode penyimpanannya. Tentu saja semua orang akan berpikiran hard disk atau memory card akan jadi pilihan untuk menyimpan berbagai lagu milik mereka. Cukup kumpulkan single-single milik berbagai musisi, saat file itu dibuka di komputer atau di gadget lain pasti sudah tertata dengan baik, mulai dari nama artis, tahun album, nama album, dan lain-lain bahkan saat kita mengunduhnya secara gratis.
Namun, banyak anak muda sekarang yang tidak mengetahui salah satu cara penyimpanan lagu yang terbilang konvensional. "Dulu kita kenal namanya mixtape, jauh sebelum kenal sistem sharing lewat cloud atau flashdisk," ujar Ferry, yang menggeluti profesi sebagai DJ.
"Buat anak sekarang, kenal mixtape biasanya untuk lagu-lagu electronic dance music (EDM). Sistemnya sama, kita ngumpulin berbagai lagu dari berbagai musisi terus dikumpulin jadi satu dibuat playlist," ujar Ferry.
Menurutnya, mixtape masih memiliki fungsi yang tidak berbeda jauh. "Seperti yang sudah dibilang tadi, tujuannya untuk bikin playlist. Kalau di komputer kan playlist cuma kita yang dengar, nah mixtape ini tujuannya biar playlist yang kita buat juga didengar orang lain," ujarnya.
Tujuannya berbagi mixtape ini pun satu, untuk saling melengkapi pengetahuan musik setiap musisi. "Ya namanya mixtape biasanya ditujukan buat musisi biar dapat referensi musik baru," tambahnya.
Ferry memaklumi mixtape mulai tergerus teknologi karena sifatnya yang konvensional. "Ya mau gimana lagi, tapi mixtape itu sebuah hal yang lumayan unik. Kalau sekarang tuh sebutannya hipster, soalnya mixtape sekarang tuh jadi hal yang lebih terkotakkan karena orang cenderung melihat mixtape itu identik sama pekerjaan DJ," ujarnya.
Akan jadi menarik jika mixtape kembali dijadikan salah satu sarana berbagi musik setelah teknologi semakin maju. "Di FIB sih dulu suka ada yang share soal mixtape ini dan nggak cuma lagu-lagu EDM, tapi juga lagu-lagu lain," ujar Randy, salah satu mahasiswa FIB Unpad.
Menurut Randy, memiliki mixtape itu berarti punya budaya musik sendiri yang berbeda dengan orang lain, "ada budaya musik yang dulu sempat terkenal dan sekarang hilang, kalau sekarang kita munculkan lagi tentu saja akan jadi hal yang menarik," ujarnya.
Randy menyatakan, skena musik yang ada di Indonesia sekarang terlalu bergantung pada teknologi sehingga menghilangkan unsur skena itu sendiri. "Tentu saja, dulu kita cuma tahu lagu-lagu musisi dari yang dibagikan lewat mixtape, jadi ada semacam budaya musik yang muncul di berbagai skena. Kita nggak akan tahu ada band-band bagus kalau tidak lewat mixtape. Terlepas dari musisi selalu memunculkan EP nya tapi tanpa ada mixtape tentu kita lebih susah buat cari band bagus," ujar Randy.
Buat Randy, menggunakan mixtape juga berarti menghargai berbagai karya musisi independen, "ya dengan mixtape kita jadi tahu banyak lagu kan, dengan mixtape pula kita bisa menghargai berbagai karya musisi yang sebelumnya tidak familiar terus jadi paham dengan skena musik yang mereka bawa juga," ujar Randy.(tj5)