Tren Pertamini

LIPUTAN KHUSUS: Pertamini Jual Bensin Rp 8.000 - Rp 8.500 Per Liter

Saya jualnya Rp 8.000 per liter. Kalau dulu pas belum ada saingan mah sehari bisa jual 600 liter

Bukbis Candra Ismet Bey
Pekerja mengisikan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium di Jalan Bayangkara, Cibiru, Bandung, Senin (25/1). Pemerintah melalui Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengizinkan masyarakat untuk membuka usaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) skala kecil berkapasitas 200-300 liter atau dikenal dengan sebutan Pertamini dengan mengajukan izin melalui Kantor Desa setempat sedang harga pembuatan SPBU Mini sebesar Rp7 juta/unit. 

BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID - Pemilik pertamini di Jalan Raya Rancaekek-Majalaya, Andri (40), membeli mesin SPBU seharga Rp 20 juta. Mesin itu bisa menampung sekitar 400 liter premium. Tangki mesin tersebut ditanam di tanah.

Menurut Andri, perbedaan mesin pertamini dan mesin SPBU terletak di kapasitas tangki yang dapat menampung jumlah literan premium. "Kalau ini hanya maksimal 400 liter. Soalnya tangkinya kecil. Kalau SPBU, kan, tangkinya besar," ujar dia.

Andri mengaku dapat menjual sekitar 200 liter premium per hari dari pertamini tersebut. Harga premiumnya pun berbeda dengan harga di SPBU.

"Saya jualnya Rp 8.000 per liter. Kalau dulu pas belum ada saingan mah sehari bisa jual 600 liter," kata dia.
Andri mengatakan, pihaknya membeli premium di SPBU besar dengan harga normal. Namun, pembelian di SPBU besar pun dijatah oleh pengelola SPBU.

Asep Taufik (37), pengusaha pertamini di Jalan Sayang, Kecamatan Jatinangor, mengaku membeli alat pertamini di Garut. Harganya Rp 35 juta. Kapasitas tangkinya pun sama halnya milik Andri, yakni 400 liter.

"Baru ini, kok, usahanya. Seharinya cuma bisa menjual sekitar 45 liter. Kalau belinya 105 liter di SPBU Jatinangor pakai jeriken, enggak penuh tangkinya," kata dia.

Menurut Asep, keuntungan yang diperolehnya Rp 1.000 dengan harga Rp 8.150 per liter.

Menurut Asep, untuk membuat pertamini ia harus merogoh saku senilai Rp 50 juta untuk awal. Pihaknya membuat pertamini dikarenakan ingin membantu masyarakat untuk lebih mudah dan dekat mendapatkan BBM. "Tapi di sini sepi, karena dekat SPBU besar yang ada di Cibeusi. Jadi kurang menguntungkan," kata dia.

Menurut Asep, mesin pertamini tersebut sudah sangat lengkap. Ada pompa khusus untuk mengeluarkan premium dari dalam tangki. Bahkan ada AC meter untuk menakar bahan bakar yang telah diprogram.

Di Kabupaten Bandung, pengusaha pertamini cukup membeli peralatan pengisi bensin seharga Rp 6,5 juta, tapi dengan ukuran jauh lebih kecil. Seorang pemilik warung yang juga memiliki pertamini di Kampung Pameutingan, Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah, Usep (63), mengatakan baru lima bulan mengelola pertamini tersebut.

"Alatnya dulu saya beli di Bekasi seharga Rp 6,5 juta. Langsung bisa dipakai setelah dipasang. Lumayan untuk menambah penghasilan buat keluarga," kata Usep saat ditemui di warungnya, Kamis (28/1).

Dua kali seminggu, ucapnya, Usep membeli bensin di SPBU sebanyak 70 liter. Bensin premium itu diangkut menggunakan jeriken dan dibawa menggunakan sepeda motor ke pertamininya.

Di pertamini miliknya, Usep menjual bensin Rp 8.500 per liter. Di SPBU, premium dijual seharga Rp 7.050 per liter. Bensin dari pertamininya ini dibeli oleh masyarakat sekitar. Terlebih, baru Usep yang memiliki pertamini di kampungnya.
Di Kecamatan Soreang pun, terdapat sebuah pertamini yang baru beroperasi beberapa hari. Namun, pertamini di Jalan Gading Tutuka tersebut rusak sehingga belum bisa digunakan pada Kamis (28/1).

Di kawasan lainnya, seperti Jalan Raya Soreang-Ciwidey, kebanyakan pedagang bensin eceran menggunakan botol-botol kaca sebagai wadahnya. Pertamini ini jarang ditemui di ibu kota Kabupaten Bandung tersebut. (cr5/sam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved