Kekuatan Dolar Diperkirakan Kian Dahsyat

jika sanksi Iran dilepas, produksi minyak akan melimpah. Hal tersebut akan menyebabkan harga minyak dunia turun

Editor: Adityas Annas Azhari
KOMPAS/PRIYAMBODO

JAKARTA, TRIBUN - Tahun 2016, tekanan rupiah terhadap dolar AS diperkirakan kian dahsyat. Bahkan, Bank Indonesia (BI) pun mulai mewanti-wanti adanya potensi dollar AS super kuat alias momentum super dollar AS.

Lana Soelistianingsih, Kepala Ekonom Samuel Asset Management mengamini adanya potensi tersebut. Pertama, melesatnya kurs Paman Sam ini terjadi akibat menukiknya harga minyak mentah dunia.

Mengutip laporan estimasi Executive Board Dana Moneter Internasional (IMF) untuk Iran, Lana menuturkan, jika sanksi Iran dilepas, produksi minyak akan melimpah.

Hal tersebut akan menyebabkan harga minyak bisa menyentuh level US$ 20 per barel. Imbasnya, harga komoditas yang lain juga akan ikut tergelincir. Ekspor berbasis komoditas otomatis kian anjlok sehingga pasokan dolar AS menyusut.

Di saat yang sama, investor kemungkinan akan beralih untuk memegang instrumen dollar AS karena dinilai lebih aman. Tak pelak, kondisi ini akan membuat rupiah lunglai. Ke dua, pelemahan atau devaluasi mata uang yuan oleh ororitas Cina juga berpotensi membuat dolar AS tambah berotot.

Pemerintah Cina diperkirakan akan melanjutkan pelemahan kurs yuan sekitar 14% untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Targetnya, pelemahan yuan ada di angka 20% secara akumulasi sejak Agustus 2015. Maka, ada kemungkinan devaluasi akan dilakukan sekitar 2% setiap bulannya.

Menurut hitungan mereka, pelemahan tersebut bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi sebesar 0,7%. Jika saat ini pertumbuhan ekonomi Cina ada di kisaran 6,8%-6,9%, maka dengan devaluasi diharapkan ekonomi bisa kembali tumbuh ke kisaran 7,5%.

"Di sini rupiah bisa overshooting, tapi saya tidak bisa memperkirakan batas pelemahan tertingginya," ujar Lana, Minggu (10/1).

Ia berharap, BI bisa menjaga rupiah tetap di bawah level Rp 14.000 per dolar AS. Amunisi BI saat ini hanyalah cadangan devisa (cadev). Namun, sulit bagi bank sentral jika mengandalkan suplai dollar AS dari dana hasil ekspor (DHE) menyusul terjerembabnya harga komoditas.

Salah satu andalan BI untuk memupuk cadev adalah dari penerbitan obligasi global pemerintah. Menurut Lana, pemerintah sebaiknya mendorong penerbitan global bond di semester pertama tahun ini. (kontan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved