Sorot
TMB dan Kemacetan
PEMERINTAH Kota Bandung kembali meluncurkan bus Trans Metro Bandung (TMB) rute baru.
Penulis: Darajat Arianto | Editor: Dicky Fadiar Djuhud
PEMERINTAH Kota Bandung kembali meluncurkan bus Trans Metro Bandung (TMB) rute baru.
Pada Jumat (4/12/2015) layanan TMB rute Cicaheum menuju Sarijadi dengan sebutan koridor 3 diresmikan. Layanan bus umum sepanjang 10 km ini menambah rute TMB di lokasi lain yakni koridor 1 rute Cibiru-Cibeureum (via Sukarno-Hatta) dan koridor 2 rute Cicaheum-Cibeureum (via Asia-Afrika).
Bus seharga Rp 1 miliar ini beroperasi mulai pukul 05.00 hingga 20.00 WIB dengan tarif Rp 3.000 untuk umum dan Rp 1.500 buat pelajar.
Wakil Wali Kota Bandung, Oded M Danial, mengatakan pengoperasian bus TMB Koridor ini diharapkan dapat mengurangi tingkat kemacetan di jalur Cicaheum-Sarijadi.
Menurut dia, penolakan sejumlah pihak merupakan hal wajar dan tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan.
Pengamat transportasi dari Institut Teknologi Bandung Ofyar Tamin mengatakan pengoperasian TMB Koridor 3 sebenarnya tidak memecahkan masalah kemacetan di jalur tersebut. (Tribun Jabar, Sabtu, 4/12/2015).
Bahkan, alih-alih menyelesaikan masalah kemacetan, keberadaan TMB di jalur itu justru akan menimbulkan masalah baru.
"Kompetisi antara TMB Koridor 3 dan angkot yang melintas jalur tersebut pasti akan terjadi," katanya.
Memecahkan masalah kemacetan memang tidak mudah. Kehadiran bus-bus di jalur macet bukankah menambah kemacetan?
Lihat saja di akhir pekan, ratusan kendaraan di jalan layang Paspati menyemut menuju pintu tol Pasteur.
Begitu pun di hari biasa terutama pagi dan petang, kepadatan lalu lintas sangat terasa.
Tidak hanya di Pasteur, tapi hampir di semua jalur protokol di Kota Bandung selalu dilanda kemacetan pada pagi dan sore.
Kemacetan di Bandung dan juga kota besar lainnya bisa diperhatikan langsung. Umumnya karena banyak pengendara khususnya mobil yang isinya hanya 1-2 orang saja.
Belum lagi motor yang tambah banyak dan rata-rata satu motor satu orang.