SOROT
Membidik Tegalluar
Tegalluar adalah sebuah ibukota kerajaan, yang tentu saja ramai dengan aktivitas sebuah kerajaan.
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Kisdiantoro
Oleh Machmud Mubarok
Wartawan Tribun
NAMA Tegalluar tiba-tiba mencuat pertengahan pekan ini. Padahal, nama daerah di Kabupaten Bandung ini tak pernah muncul dalam perbincangan masyarakat. Nama yang benar-benar berada di luar arus informasi.
Penyebabnya adalah proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Ya, proyek kereta api cepat dari Cina ini semula akan berakhir di kawasan Gedebage. Namun ada pemikiran lain untuk mengembangkan kawasan di seberang Gedebage, yaitu Tegalluar. Akhirnya, nama Tegalluar pun disebut sebagai stasiun terakhir kereta api cepat Jakarta-Bandung.
Di manakah Tegalluar berada? Tegalluar saat ini termasuk ke dalam Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Daerah yang terbilang minus, karena sering menjadi langganan banjir. Lokasi yang untuk ukuran sekarang, bisa jadi dipandang tidak strategis.
Tapi kalau kita menengok sejarah, justru Tegalluar memiliki peran luar biasa dalan lintasan sejarah Kabupaten Bandung. Tegalluar merupakan ibukota dari kerajaan Timbanganten, bawahan dari kerajaan Pajajaran. Dari kerajaan kecil ini lahir nama-nama besar, seperti Pandaan Ukur, Dipati Agung, dan yang paling kita kenal, Dipati Ukur. Dipati Ukur inilah yang kemudian menguasai Tatar Ukur, sebuah wilayah sebesar Jawa Barat sekarang.
Bayangkan, Tegalluar adalah sebuah ibukota kerajaan, yang tentu saja ramai dengan aktivitas sebuah kerajaan. Tapi bagaimana kemudian nasibnya berbalik 180 derajat. Tegalluar terpinggirkan, tak dilirik siapa pun, bahkan oleh para investor.
Ya, investor enggan menanamkan modal dalam proyek pembangunan kota mandiri Tegalluar. Proyek ini sudah digadang-gadang sejak tahun 2000-an, tapi tak kunjung diwujudkan. Kabarnya, tanah-tanah di Tegalluar sudah dikuasai para makelar dan spekulan, sehingga harganya selangit. Itu pula yang membuat penanam modal enggan singgah menyimpan uangnya di Tegalluar. Selain itu, kini bermunculan pabrik-pabrik tak berizin, menambah kesemrawutan kawasan ini.
Karena itu, ketika Jakarta menyinggung nama Tegalluar sebagai bagian dari proyek kereta api cepat, ini peluang yang tak boleh disia-siakan untuk mewujudkan kota mandiri. Bisa dipastikan, ketika proyek kereta api cepat itu berjalan dan kemudian beroperasi, perekonomian akan menggeliat. Warga Jakarta akan banyak yang mengenal Tegalluar dan tentu ingin tahu, ada apa di luar sana.
Ini yang harus ditangkap secara jeli oleh pemerintahan Kabupaten Bandung. Mereka harus ikut menyiapkan infrastruktur penyokong kehadiran stasiun terakhir Jakarta-Bandung sekaligus berupaya mewujudkan kota mandiri Tegalluar.
Ini menjadi pekerjaan rumah prioritas bagi bupati periode berikutnya yang akan terpilih pada pilkada 9 Desember 2015. Manfaatkan berkah yang jatuh dari langit ini untuk mengembangkan dan memeratakan pembangunan ke arah timur. Jika itu bisa terlaksana, kawasan Tegalluar yang meliputi Bojongsoang, Rancaekek, Cileunyi, dan Solokan Jeruk, bakal bisa menjadi magnet baru untuk para investor. Percayalah. (*)