Kisah Syamsuri dan Kerinduannya Berlayar

Salah Satu Perahu Ia Namai Persib van Java

Syamsuri membuka pintu bagi masyarakat yang ingin belajar untuk berkarya membuat miniatur perahu. Ia pun memiliki tujuan untuk memberdayakan masyaraka

Penulis: dra | Editor: Machmud Mubarok
TRIBUN JABAR/DONY INDRA RAMADAN
Syamsuri Yani (37) bersama hasil karyanya miniatur perahu di kediamannya di Komplek Bukit Arcamanik, Kelurahan Sindanglaya, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten, Bandung, Rabu (14/10). Berkat kecintaannya terhadap perahu, ia berkarya menghasilkan miniatur perahu. 

BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID - SEJAK kecil Syamsuri Yani (37) sudah bercita-cita untuk berlayar. Namun, cita-cita itu tak kunjung menjadi kenyataan. Untuk mengobati kerinduannya ia pun menciptakan perahu. Tak hanya satu, tapi puluhan.

PULUHAN perahu buah karya Syamsuri memang bukan perahu sungguhan. Perahu-perahu itu hanya miniatur. Tapi, dengan melihat detailnya, kita bisa tahu bahwa perahu-perahu itu dibuatnya dengan penuh cinta.

Kepada Tribun, Syamsuri mengaku telah membuat miniatur perahu-perahu ini sejak tiga tahun lalu. "Sampai sekarang sudah ada puluhan perahu yang sudah saya buat," ujar Syamsuri di kediamannya di Kompleks Bukit Arcamanik, Kelurahan Sindanglaya, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Rabu (14/10).

Miniatur perahu yang ia buat, kata Syamsuri, memiliki ukuran beragam. Mulai yang panjangnya hanya 40 sentimeter hingga 75 sentimeter.

Setiap perahu memiliki ciri khas masing-masing. Dan, sekalipun bentuknya meniru perahu- perahu terkenal seperti perahu Columbus, Pinisi, dan Dewa Ruci, perahu yang ia buat selalu bercita rasa Bandung. Perahu yang ia buat diidentikan dengan kesundaan atau segala hal yang identik dengan Bandung.

Seperti perahu yang ia namai Persib van Java. Di perahu dengan cat dasar putih itu, ia pasangkan logo Persib Bandung dengan layar kain keras berwarna putih.

Perahu-perahunya yang lain ia beri nama perahu Batik Kumeli, Kian Santang, dan Tangkubanparahu.

"Saya ingin yang berbeda. Nama-nama yang identik dengan Bandung itu jauh lebih bagus ketimbang perahu jenis dan nama sama seperti yang sudah ada. Nanti disangka saya mencontek. Meskipun sama-sama perahu, saya bedakan dari aksesorinya," katanya.

Syamsyuri mengatakan, keahliannya membuat miniatur perahu ini ia peroleh secara autodidak. Satu buah perahu membutuhkan waktu satu minggu untuk menyelesaikannya.

Syamsuri memanfaatkan bahan-bahan kayu yang sudah tidak terpakai. Kayu yang ia gunakan merupakan jenis kayu mahoni. "Proses pembuatannya yang paling lama itu pengecatan dan penjemuran. Penjemuran dilakukan tiga kali, itu untuk menguatkan warna cat perahu," katanya.

Syamsuri membuka pintu bagi masyarakat yang ingin belajar untuk berkarya membuat miniatur perahu. Ia pun memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat untuk bisa menghasilkan karya yang dapat diperjualbelikan.

Selama ini, ujarnya, miniatur perahu karyanya ia jual paling mahal Rp 800 ribu per unit. "Kebanyakan yang memesan bukan orang Bandung, tapi orang dari luar Kota Bandung," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved