Danurwindo: Saling Pinjam Pemain SSB Saat Turnamen Itu Praktik Buruk
dalih untuk memberikan jam terbang kepada pemain harusnya menjadi tanggung jawab SSB tempat pemain itu bernaung.
Penulis: Tarsisius Sutomonaio | Editor: Machmud Mubarok
BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID - Pelatih sepak bola Danurwindo menilai saling meminjam pemain di sekolah sepak bola (SSB) saat turnamen adalah praktik buruk.
"Tidak usah pinjam pemain, buat apa. Itu kan pasti tujuan untuk menjuarai turnamen. Kalau mau juara tak perlu pakai pembinaan," ujar Danur ketika ditemui Tribun di Hotel Barito, Bandung, awal pekan lalu.
Menurutnya, dalih untuk memberikan jam terbang kepada pemain harusnya menjadi tanggung jawab SSB tempat pemain itu bernaung. "Lebih baik jika ada latihan dan banyak pertandingan sebagai bahan evaluasi (dari SSB itu sendiri," katanya.
Memenangi laga atau turnamen, ucap Danur memang bagus, tapi bukan hal paling pokok. Yang terpenting adalah mengembangkan kemampuan siswa-siswa namun banyak pelatih usia dini melenceng dari tujuan utama SSB ini.
"(Lionel) Messi dan (Andreas) Iniesta saat U-12, 13, dan 14 tahun, timnya sering kalah tapi sesudah 19 dan 20 tahun, mereka jadi pemain hebat," ujar mantan pelatih Persija Jakarta itu.
SSB mesti ditangani para pelatih yang berkualitas. Bukan saja soal memiliki lisensi kepelatihan tapi juga tentang cara membangun SSB. "Pelatih harus bisa membuat perencanaan, pimpin latihan, tahu proses latihan, mampu menganalisis kesalahan pemain dan memperbaiki kesalahan itu," katanya.
Jika para pelatih SSB itu mempunyai bekal kualitas seperti itu, ucap Danur, sepak bola Indonesia tak bakal maju. Selain itu, masalah pengembangan usia dini itu bukan semata keselahan pengelolah SSB itu sendiri melainkan juga dari federasi.
"Kita belum memiliki kurikulum. Kita hanya punya kurikulum umum tetapi belum punya acuan sepak bola apa yang ingin kita tampilkan," katanya. Kondisi ini memaksa pelatih-pelatih SSB mencari gaya permainan untuk usia dini.
"Padahal, federasi harus memberikan cara bermain yang ingin kita adopsi. Itulah yang diinginkan Pieter Huistra (Direktur Teknis PSSI dan eks pelatih timnas Indonesia). Kita harus punya target ke depan," ujarnya.
Ia menilai lantaran tidak punya acuan itu Indonesia pun tertinggal jauh dari sejumlah di negara di Asia Tenggara.
"Thailand sudah tak mau ketemu kita karena mereka menguber (membidik) Jepang, level yang lebih tinggi," kata mantan pemain timnas itu. (tom)