Film

Behind The Scenes Dokumenter Bobotoh: Buligir Day

Teriakan ‘PERSIB JUARA’, suara kendaraan bermotor dan klakson yang turut memeriahkan teriakan itu

istimewa
Behind the scene bobotoh buligir day 

DI telinga Anda pasti masih terngiang-ngiang ketika sebagian besar warga Jawa Barat bersorak-sorak gembira mengibarkan bendera kemenangan pada awal bulan November di tahun 2014 lalu. Tentu Anda juga masih menyimpan memori dibenak Anda ketika Bandung berubah menjadi lautan biru dan kemeriahan terjadi di sepanjang jalan Bandung pada saat itu.

Teriakan ‘PERSIB JUARA’, suara kendaraan bermotor dan klakson yang turut memeriahkan teriakan itu, seakan menjadi pesta rakyat sebagian besar warga Jawa Barat yang berbondong-bondong merayakannya di jalan raya untuk menyambut kedatangan para pemain PERSIB Bandung yang telah berhasil merebut gelar juara pada Indonesia Super League (ISL) 2014 lalu.

Rasa rindu bobotoh akan kemenangan yang tak dirasakan hampir 20 tahun akhirnya dibayar PERSIB pada ISL 2014 yang menang melawan Persipura Jayapura dengan skor 2-2 dan diselesaikan di adu penalti 5-3. Hal ini tentu akan menjadi cerita hangat yang tak terlupakan mengingat perjuangan tim PERSIB dan bobotoh yang juga berjuang menyemangati tim kesayangan sampai harus menyebrang pulau.

***

Buligir Day, adalah film dokumenter karya Ricky Sastramihardja, dan dibantu oleh Aris, Fahmi, Fikih, Robby, Ipey, dan Kukuh. Film ini menceritakan tentang perjuangan bobotoh untuk mendukung tim kesayangan yang mengharuskan bobotoh menyebrang pulau Jawa. Dalam film dokumenter ini, banyak ditampilkan suasana tegang, kecewa, serta haru yang khusus ditonjolkan dari sudut pandang bobotoh itu sendiri. Film dokumenter yang memiliki durasi hampir 40 menit merupakan hasil karya Ricky, yang merangkap sebagai videographer sekaligus sutradara Buligir Day.

Berawal dari Ketidaksengajaan

Ricky, begitu ia sering disapa, menceritakan perjuangannya dalam mendukung tim kesayangan, PERSIB Bandung di ISL 2014 yang membuat dirinya pergi ke Palembang, tempat dimana PERSIB bertanding dibabak semifinal. Ditemui di redaksi suarabobotoh.com, jalan Cikawao Dalem 7 pada Kamis (20/3) ia menceritakan kisah-kisah yang dapatkan bersama bobotoh lainnya.

Ricky menceritakan, pada mulanya Ricky hanya berniat untuk menonton pertandingan PERSIB bersama teman-teman dari Viking Cyber. Untuk mengambil gambar pun, awalnya Ricky hanya mengandalkan kamera ponsel miliknya.

“Nah, pas mau semifinal saya ambil gambar Viking dulu, memang ada ritual-ritual dari bobotoh. Saya ambil gambar pertama itu rapat Viking, terus ada temen-temen Viking Cyber mengadakan pengajian. Awalnya saya iseng supaya bisa dimasukin ke youtube,” kata pria kelahiran Bandung ini.

Dalam pengambilan gambar, Ricky menjelaskan, ia memiliki referensi dari film The Football Factory maka dari itu, pada mulanya dalam video yang ia buat masih menggunakan pembawa acara (host) yang dibantu oleh Fiki sebagai host, untuk menggiring cerita.

“Saya ambil gambar pas rapat Viking tapi ternyata saya ada panggilan disuruh ke Lampung karena ada kerjaan,” katanya.

Ricky akhirnya memutuskan untuk mengambil pekerjaan ke Lampung, dengan konsekuensi tak bisa menonton PERSIB di Palembang. Tapi ternyata, panggilan itu dibatalkan dan singkat cerita Ricky memutuskan pergi ke Palembang untuk memberi dukungan. Meski mengaku pada saat itu tak ada dana untuk akomodasi, Ricky menggunakan uang agency untuk pergi berkelana keluar pulau Jawa.

“Pada saat itu berpikir, mudah-mudahan beres final uang itu bisa diganti,” kenang Ricky.

Ia memilih melewati jalur darat untuk menyebrang pulau. Menurutnya, dengan menggunakan bis, ia bisa leluasa mengambil gambar karena ada aktifitas bobotoh yang sedang ‘migrasi’.

“Kalau pake pesawat saya enggak bisa ambil gambar,” katanya.

Setelah ia mengambil gambar pada semifinal, malamnya Ricky dan rombongan bis memilih untuk pulang karena pada saat itu ada isu bahwa final akan digelar di Gelora Bung Karno (GBK). Namun, bis yang ditumpangi Ricky dan rombongan mengalami kecelakaan setelah berjalan sekitar 100 kilometer dari Palembang. Ricky yang sedang tertidur lelap, dengan spontan langsung terbangun karena ada suara keras dan ada sesuatu yang menghantam bis yang ia tumpangi.

“Saya pikir ada kerusuhan suporter. Disana yang saya inget langsung bawa kaera dan langsung mengambil gambar,”tutur ayah dari dua anak ini.

Singkat cerita, dengan banyak pertimbangan, akhirnya Ricky memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Bandung. Ricky pun mengejar pertandingan final antara Persib dan Persipura Jayapura di Palembang. Saat itu, barulah Ricky terpikir untuk membuat film dokumenter dengan mengambil alur dari sisi bobotoh.

“Ya sudah saya ambil cerita bobotoh yang enggak pake baju, karena masih ada masa hukuman,” tambah Ricky.

Sayangnya, pada saat Ricky kembali lagi ke Palembang, ia tidak berjumpa dengan Fiki, yang akan mengarahkan cerita dari dokumentasi tersebut. Meskipun begitu, Ricky tetap mengambil gambar keadaan di Palembang.

***

Delapan bis yang berangkat dari Bandung menuju Palembang sepertinya membuat kewalahan beberapa rumah makan. Pasalnya, rumah makan yang didatangi tidak siap dengan kedatangan ribuan bobotoh. Buktinya, Ricky menjelaskan, banyak bobotoh yang tidak dapat makanan karena habis.

“Kita enggak kebagian makan waktu itu makan cuma nasi pakai kuah karena lauknya sudah habis. Masih banyak bobotoh yang enggak dapet makan,” kenangnya.

Ricky mengatakan, sesampainya mereka ke Palembang, mencari makan pun tak sebebas di Bandung. Kebetulan, tambahnya, kebanyakan bobotoh yang pergi mendukung PERSIB hanya mengenakan baju yang memperlihatkan identitas sebagai pendukung PERSIB.

“Misalnya, kalau bawa baju lima ya semuanya bajunya PERSIB,” tambahnya.

Di Palembang, Ricky kembali bercerita, ada kelompok kecil suporter yang kurang bersahabat maka dari itu, bobotoh tidak bebas untuk mencari makanan. Pada akhirnya, disana mereka hanya makan seadanya.

“Cuma minum air putih aja sama kue-kue karena enggak ada makanan lagi. Waktu itu rumah makan lain juga enggak siap untuk makanan kendala dengan pasokannya,” kata Ricky.

Di stadion pun, Ricky mengaku memiliki keterbatasan untuk bepergian. Apalagi tambahnya, sehabis menonton final ada penyerangan dari salah satu oknum yang identitasnya dirahasiakan. Penyerangan dilakukan tidak hanya kepada bobotoh tetapi juga kepada suporter rival PERSIB, tragisnya, penyerangan bukanlah fisik ke fisik melainkan oknum itu menggunakan air keras atau cuka karet.

“Itu ada yang kena air karet. Akhirnya, ya sudahlah kalau keluar itu enggak pake baju jadi untuk meredam konflik,” ungkapnya.

Tidak Menangis Ketika PERSIB Juara

Ekspresi haru saat PERSIB dinyatakan juara dalam ISL 2014 terlihat jelas di film dokumenter karya Ricky. Teriakan bahagia, suka cita dan ucapan syukur terus menerus dilakukan bobotoh. Namun ternyata, suasana suka cita yang mampu membuat air mata bobotoh menetes tidak mampu mencairkan air mata Ricky.

“Disana saya enggak sempat nangis, kalau saya nangis gambar itu jadi kacau. Itulah tantangannya jadi kameramen atau videografer. Kita enggak boleh punya perasaan apapun pas ambil gambar. Mungkin hanya berkaca-kaca,” sanggahnya.

Tetesan air mata akhirnya turun juga dari mata sang videographer. Sesampainya di Bandung, saat Ricky sedang memindahkan data dan melihat beberapa ekspresi bobotoh yang bahagia, barulah Ricky menangis.

“Ternyata ini mengharukan,” tambahnya.

Sempat Tak Yakin PERSIB akan Juara

Dalam pembuatan film dokumenter ini, tentu melewati perjuangan yang cukup melelahkan. Ricky, sebagai penulis naskah mengaku membutuhkan tiga hari untuk membuatnya. Setelah itu, butuh waktu satu minggu untuk menyocokkan gambar dengan naskah yang dibuatnya.

“Editingnya aja satu bulan. Itu juga kita ngejar momen, jangan sampai lebih dari satu bulan karena kalau lebih dari itu takut basi,” Ricky menjelaskan.

Memang bukan disengaja untuk membuat film dokumenter ini. Ricky mengaku tak pernah terpikirkan sejak awal bahwa PERSIB akan menjadi juara dalam ISL 2014. Ricky pada saat itu pun mengaku tak yakin tim kebanggaannya akan menjadi juara.

Dalam proses pengeditan, tidak ada kendala berarti. Ricky menambahkan, seorang videographer pembuat film dokumenter tentu mengambil ‘kerja borongan’ yang mengharusnkannya mengambil gambar, menjadi sutradara, membuat naskah dan sebagainya. Namun, meski begitu, tak membuat beberapa rekan Ricky tinggal diam. Pasalnya, ada yang memberi masukan pada Ricky untuk memasukan musik kedalam film yang ia buat. Hanya saja, Ricky tak melakukan masukan yang diberi oleh rekannya.

“Saya terima masukannya, tapi enggak saya lakukan. Saya enggak mau menambahkan musik dari luar selain suara yang ada disana karena ingin atmosfir itu enggak hilang. Saya juga ingin yang menonton bisa merasakan suasana di stadion tersebut,” Ricky menjelaskan.

***

Pria yang sudah menyukai PERSIB sejak ia kecil ini mengaku tidak menyesal karena tidak fokus pada pertandingan melainkan fokus pada pengambilan gambar bobotoh. Menurutnya, stadion bukan untuk menonton pertandingan melainkan untuk memberi dukungan kepada tim kesayangan. Ia menambahkan juga, bahwa ada dua hal yang menarik dalam dunia sepak bola. Pertama adalah pertandingannya itu sendiri dan kedua adalah suporternya.

“Kalau mau nonton sepak bola jangan ke stadion, ya di rumah saja depan televisi. Ada kopi, ada teh manis, jadi fokus ke pertandingan karena kalau di stadion bakalan susah untuk fokus karena dinamika suporternya lebih terasa,” kata pria yang hobi naik gunung ini.

Bagi Ricky, PERSIB bukan sekedar tontonan sepakbola tetapi lebih dari itu, PERSIB bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Buktinya, banyak jadwal yang ia batalkan demi menonton dan mendukung PERSIB. Tak hanya itu, ia pun sudah mulai menularkan hobinya kepada kedua anaknya.

“Mungkin karena saya menyukai PERSIB dari kegiatan yang lain. Bahkan kerjaan saya itu freelance salah satu alasannya supaya bisa nonton PERSIB,” Ricky menerangkan.(tj1)

>>BANDUNG TAMBAH KEREEN... ADA PEDESTRIAN DI PUSAT KOTA.. BISA DILIHAT DI SINI http://bit.ly/1ynsIiNDitargetkan rampung pada 18 April 2015.

Posted by Tribun Jabar Online on Sunday, April 12, 2015
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved