Penambang Emas Terjebak

Penambangan Emas di Gua Gunung Rosa, Diduga Dibekingi Orang Kuat

Direktur Inside, Yusep Somantri, tidak meyakini penambangan yang dilakukan masyarakat secara tradisional berjalan sendiri.

TRIBUN JABAR/TEUKU MUH GUCI S
Ilustrasi: Proses evakuasi penambang emas di Gunung Rosa, Garut. 

CIANJUR, TRIBUN - Keberadaan penambang emas liar di Gunung Rosa, Kampung Tugu Mas, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, diduga dibekingi oknum-oknum tertentu. Pasalnya kegiatan penambangan liar itu tidak dikelola secara resmi oleh perusahaan yang memiliki surat izin pertambangan (IUP).

"Tidak mungkin rasanya aktifitas penambangan yang dilakukan masyarakat secara tradisional berjalan sendiri. Sangat dimungkinkan jika di belakang kegiatan mereka ada kekuatan besar baik dari oknum aparat maupun preman," ujar Direktur Institute Social and Economic Development (Inside), Yusep Somantri, ketika ditemui di kantornya, Jumat (13/2).

Ironisnya, kata Yusep, pemerintah Kabupaten Cianjur pun dibuat tak berkutik dan hanya menjadi penonton kegiatan penambangan liar yang terus berjalan selama dua tahun. Menurutnya, jiwa lima penambang tradisional yang tewas kemarin bisa terselamatkan jika pemerintah berani melakukan menghentikan kegiatan penambangan liar.

"Saya sangat mendukung aparat kepolisian untuk mengembangkan kasusnya dan tidak dilokalisir kepada perusahaan dan masyarakat yang melakukan kegiatan penambangan ilegal. Dikembangkan juga siapa yang membekingi kegiatan itu," ujar Yusep.

Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP Kabupaten Cianjur, Triono, membenarkan, jika kegiatan penambangan liar di Gunung Rosa dibekingi oknum-oknum tertentu. Mulai dari oknum aparat, desersi, sampai preman dari luar Kabupaten Cianjur. Itu mengapa pihaknya pun selalu mengalami kesulitan ketika melakukan penertiban.

"Sejak 2008 kami sudah melakukan penertiban dan mencoba menghentikan kegiatan mereka ini. Tapi yang kami dapat justru bentrokan berdarah," ujar Triono ketika ditemui di kantor Satpol PP Kabupaten Cianjur, Jumat (13/2).

Triono pun sempat menjadi korban kekerasan pihak yang membekingi kegiatan penambangan ilegal di Gunung Rosa. Kepalnya terkena pukulan sampai mengeluarkan darah dan membuatnya trauma. Padahal kala penertiban, Satpol PP dibantu aparat kepolisian dan TNI untuk menghentikan kegiatan ilegal tersebut.

"Oknum-oknum tertentu yang membekingi kegiatan itu juga sering berganti setiap tahunnya. Siapa yang kuat maka dia yang membekingi. Ditambah lagi preman lokal yang diberikan jatah untuk menyalurkan penambang. Makanya karena ini urusan perut, mereka siap mati jika ada yang mau memberhentikan," ujar Triono. (cis)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved