Liputan Eksklusif

Murid dari Kampung Porehek, Saradan, dan Babakan, Gelar UAS di Masjid

Jadi, mereka tidak usah menyeberang sungai, mempertaruhkan nyawa ke sekolah. Termasuk saat ujian, mereka ujian dan belajar lesehan di masjid

TRIBUN JABAR/M SYARIF ABDUSSALAM
Anggota Koramil Pakenjeng dan warga seberangkan anak sekolah dengan rakit di Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut. 

GARUT, TRIBUN - Kepala SDN Tanjungmulya IV, Aning Karwati, mengatakan terdapat 83 muridnya yang berasal dari Kampung Porehek, Saradan, dan Babakan, termasuk murid SDN Tanjungmulya III yang sekolah di bangunan yang sama. Mereka harus menyeberang Sungai Cikandang untuk mencapai sekolahnya.

Sejak jembatan rawayan di atas sungai tersebut ambruk tahun lalu, kegiatan belajar 83 murid ini terhambat. Mereka biasa dipulangkan lebih awal jika awan mendung sudah menaungi kawasan sekitarnya.

"Khawatirnya, arusnya jadi semakin deras dan nantinya membahayakan mereka. Apalagi, saat musim hujan seperti sekarang. Kalau mau lewat jalan darat, harus mengambil jalan memutar 27 kilometer dengan kondisi jalan curam, terjal, dan berlumpur. Mengerikan," kata Aning.

Akhir tahun lalu, saat arus sungai sangat deras dan tidak memungkinkan untuk dilewati dengan rakit, katanya, para muridnya terpaksa menggelar UAS di masjid dan madrasah di kampungnya.

"Pernah juga para orang tuanya mengantarkan anak-anaknya lewat jalur darat, 27 kilometer ke sekolah saat ujian. Kemudian menginap seminggu di sekolah untuk bisa ujian. Sama, waktu itu arus sungai sangat deras," katanya.

Kepala UPTD Pendidikan Pakenjeng, Ade Manadin, mengatakan saat arus Sungai Cikandang menjadi deras, 83 murid SDN Tanjungmulya III dan IV asal tiga kampung itu belajar di madrasah dan masjid.

"Jadi, mereka tidak usah menyeberang sungai, mempertaruhkan nyawa ke sekolah. Termasuk saat ujian, mereka ujian dan belajar lesehan di masjid dan juga di madrasah," kata Ade.

Para pengajar pun didatangkan dari sekolah lainnya di Pakenjeng. Walaupun tidak usah menyeberang sungai, para pengajar ini harus melewati jalan terjal untuk mengajar anak tiga kampung tersebut di masjid dan madrasah.

"Sebelumnya, para pengajar ini berkomunikasi dengan guru di SDN Tanjungmulya mengenai pelajaran yang harus diajarkan. Pendirian SD untuk warga tiga kampung ini sepertinya sudah saatnya dilakukan. Soalnya sebelumnya, gedung SDN Tanjungmulya IV ada di dekat tiga kampung itu tanpa harus menyeberang sungai," katanya.

Selain para murid SDN Tanjungmulya III dan IV, puluhan murid dan pelajar SMP Satu Atap 3 Pakenjeng, SMP 2 Pakenjeng, dan MTs Alkasfiyah pun harus menyeberang sungai terlebih dulu untuk pergi atau pulang dari sekolah. (Sam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved