Berbahaya, Jembatan Santolo Berlubang Namun Tetap Digunakan
Jembatan penghubung antara Pantai Sayang Heulang di Kecamatan Pameungpeuk dengan Pulau Santolo di Kecamatan Cikelet tampak terbengkalai. Lantai
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Darajat Arianto
GARUT, TRIBUN - Jembatan penghubung antara Pantai Sayang Heulang di Kecamatan Pameungpeuk dengan Pulau Santolo di Kecamatan Cikelet tampak terbengkalai. Lantai jembatan yang terbuat dari kayu sudah lapuk dan berlubang dimakan usia.
Jembatan gantung ini melintang sepanjang sekitar 60 meter. Walaupun tiang dan tali baja penopang jambatan masih terlihat kokoh, kayu-kayu lantai jembatannya lapuk dan berlubang. Ujung jembatan di Pantai Santolo pun tertutup rimbunan ranting pohon.
Tidak terdapat tanda larangan untuk berjalan di jembatan tersebut. Namun, lubang-lubang besar di lantai jembatan dan suara derit kayu jembatan saat diinjak menjadi isyarat alami bahwa jembatan itu tidak aman digunakan.
"Berbahaya. Kalau ada turis yang tidak tahu apa-apa terus melangkah sampai ke tengah jembatan, bagaimana. Dia bisa terperosok ke kolong jembatan karena kayunya bisa saja patah saat diinjak," kata Heri (28), wisatawan asal Bandung yang kebingungan mencari jalan lain ke Pulau Santolo.
Heri menyayangkan kondisi jembatan yang sudah rapuh tersebut. Selain dijadikan sarana untuk menyeberang ke Pulau Santolo, jembatan itu dapat menjadi objek atau lokasi pemotretan yang bagus.
Akibat kondisi jembatan yang tidak aman dilalui ini, para wisatawan biasanya berjalan langsung di atas karang untuk menyeberang ke Pulau Santolo. Hal ini dapat dilakukan hanya saat air laut dan arus Sungai Cilauteureun surut. Biasanya, wisatawan menyeberang menggunakan perahu dari Pantai Santolo.
Jembatan gantung ini memang menjadi pemandangan yang unik di ujung kawasan Pantai Sayang Heulang. Jembatan ini nampak melengkapi sejumlah ikon di Pulau Santolo lainnya, seperti mercusuar, dermaga kuno, dan batu karang. (*)