Pesantren Budaya Giri Harja, Bertekad Lahirkan Asep Sunandar Baru

BERPULANGNYA maestro dalang wayang golek Asep Sunandar Sunarya meninggalkan berbagai cita-cita yang belum ia wujudkan. Cita-citanya untuk

Editor: Darajat Arianto
DONY INDRA
Suasana Padepokan Pesantren Budaya Giri Harja yang belum diresmikan karena ada beberapa bagian yang belum rampung, Selasa (2/4/2014). Padepokan yang didirikan dalang wayang golek Asep Sunandar Sunarya tersebut berdiri di Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. 

Pesantren Budaya Giri Harja

Oleh Dony Indra

BERPULANGNYA maestro dalang wayang golek Asep Sunandar Sunarya meninggalkan berbagai cita-cita yang belum ia wujudkan. Cita-citanya untuk memajukan pewayangan di Indonesia ditandai dengan dibangunnya padepokan wayang yang diberi nama Pesantren Budaya Giri Harja di Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

Padepokan ini dibangun untuk regenerasi dalang-dalang wayang di masa depan. Anak kesembilan Asep, Batara Sena, menuturkan, ide awal membuat padepokan wayang ini bermula dari cita-cita ayah Asep Sunandar, yakni Abah Sunarya.

Abah Sunarya sebenarnya sudah memiliki padepokan wayang. Namun bentuk bangunannya kecil sehingga Asep berinisiatif membuat padepokan yang lebih luas.

"Ini berasal dari keinginan Abah (Asep Sunandar, Red) untuk meneruskan padepokan yang sebelumnya sudah dibuat oleh kakek saya, Abah Sunarya. Padepokan Abah Sunarya ada di belakang padepokan yang baru ini. Kecil tempatnya, tersembunyi. Jadi ga bisa dilihat banyak orang. Jadi, Abah berinisiatif untuk membuat padepokan yang lebih besar dengan mengajukan permohonan ke pemerintah, akhirnya pemerintah memberikan bantuan dan Abah menyiapkan lahannya di sini (samping rumah)," ujar Batara Sena saat ditemui Tribun di Padepokan Giri Harja, Rabu (2/4).

Padepokan ini, kata Batara, merupakan inisiatif ayahnya guna memajukan kebudayaan asli tanah Pasundan, terutama kesenian wayang golek. "Di sini juga dapat digunakan untuk para seniman berkumpul, pentas, latihan, dan belajar wayang. Untuk belajar wayang sudah ada gurunya di sini. Ada kakak saya, Kang Dadan, yang biasa mengajarkan kesenian wayang," ujarnya.

Pembangunan Padepokan atau Pesantren Budaya Giri Harja ini sudah hampir rampung. Fondasi dan bentuk bangunan yang menyerupai bangunan saung Sunda ini berdiri kokoh. Di dalam bangunan tersebut terdapat sebuah panggung layaknya tempat pertunjukan.

Di dalam padepokan ini juga sudah terdapat beberapa ruangan yang dapat digunakan, seperti dua ruang ganti artis serta empat kamar kecil di dalam dan luar gedung masing-masing dua kamar. Selain itu, di sisi padepokan terdapat kolam ikan dan saung kecil sehingga ciri khas kesundaan semakin kental.

Namun menurut Batara pembangunan padepokan ini baru 90 persen. Ia pun merasa masih ada kekurangan dalam bentuk interior-interior sarana penunjang kegiatan pentas pewayangan.

"Interior di dalam mencakup antara lain lampu untuk pertunjukan dan peredam suara. Jalan juag sampai saat ini belum diaspal. Masih banyak sebetulnya yang belum ada untuk menunjang kegiatan di sini. Kami juga membutuhkan sound system," kata Batara.

Belum terpenuhinya beberapa interior penunjang kegiatan pewayangan membuat padepokan ini secara resmi belum dapat digunakan. Batara mengatakan, rencananya, bila semua sudah terpenuhi, padepokan ini akan diresmikan langsung oleh Asep. Sayang keinginan Asep untuk meresmikan padepokan tersebut pada tahun ini tidak terwujud. Asep harus pergi lebih dahulu meninggalkan seorang istri, 14 anak, dan 11 cucu, Senin (31/3), akibat serangan jantung.

Batara mengatakan, ayahnya menginginkan padepokan ini dapat terealisasi di tahun ini. "Belum diresmikan, soalnya belum beres semua rencananya. Abah pinginnya tahun ini bisa diresmikan. Jadi sudah bisa digunakan sama para senimannya. Cuma sayang Abah keburu ngantunkeun (meninggal)," ujarnya

Batara berharap, dengan adanya padepokan ini, akan lahir Asep-Asep baru yang dapat melestarikan  kebudayaan Sunda, khususnya seni pewayangan. "Abah Asep Sunandar boleh tidak ada, tapi karyanya akan terus ada. Regenerasi diharapkan muncul untuk melestarikan kebudayaan karena siapa lagi yang mau melestarikan kebudayaan asli Indonesia kalau bukan kita sendiri," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved