Warga Cikoang Saling Berpelukan dan Menangis Massal

Warga Kampung Cikoang, Desa Sakurjaya, Kecamatan Ujungjaya menangis massal.

Penulis: Deddi Rustandi | Editor: Kisdiantoro
zoom-inlihat foto Warga Cikoang Saling Berpelukan dan Menangis Massal
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Ilustrasi

SUMEDANG, TRIBUN - Warga Kampung Cikoang, Desa Sakurjaya, Kecamatan Ujungjaya menangis massal. Mereka juga terlihat saling berpelekukan sesama warga. Bahkan Kepela Desa (Kades) Sakurjaya, Yaya Jaedi Wijaya langsung berjalan ke arah perempatan Jalan Cikoang dan langsung sujud syukur.

"Ini janji saya, kalau lahan di Cikoang menjadi hak milik warga maka saya akan sujud syukur di perempatan Jalan Cikoang," kata Yaya, Minggu (26/1).

Ratusan warga sendiri mengikuti proses pelepasan lahan Perhutani setelah keluarnya izin prinsip dari Menteri Kehutatan, Sabtu (25/1). Usai mengikuti proses penyerahan lahan, warga langsung berpelukan dan menangis haru.

Menurut Yaya, warga dan dirinya sangat bahagia karena tanah yang sudah ditempati puluhan tahun secara turun temurun itu menjadi hak milik. "Warga Cikoang ini sudah menempati kawasan ini sejak Indonesia merdeka," katanya.

Warga Kampung Cikoang yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka ini menempati lahan seluasnya 10,2 hektare. Sejak sebelum kemerdekaan leluluhur mereka sudah menempati lahan itu sampai kini Cikoang dihuni lebih dari 300 keluarga yang sebagian besar petani.

Menurutnya, sejak tahun 2006 warga berjuang untuk memperoleh tanah pemukiman tersebut yang semula dikelola oleh Perhutani. "Izin prinsipnya sekarang sudah keluar dari Menteri Kehutanan tanah itu untuk menjadi tanah milik warga Cikoang," katanya.

Disebutkan, setelah mendapat izin prinsip, warga dan pemerintahan desa memohon bantuan kepada pemerintah dalam proses penyertifikatan tanah pemukiman Cikoang ini. "Sekarang tinggal proses sertifikat dan kami berharap Pemkab Sumedang membantu," katanya.

Sementara itu beberapa warga mengaku setelah lahan itu menjadi hak milik, mereka tak waswas lagi untuk membnagun rumah. "Kami gembira sekarang tidak waswas lagi untuk mebnagun rumah. Sebelumnya takut karen amasih lahan milik perhutani dan kalau dibangun bias digusur," kata Yoyo (55) warga setempat yang diamini warga lainnya.

Mereka mengaku selama menempati tanah tersebut, tak pernah membayar pajak. "Sekarang kami semua siap untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Tanah ini juga tak aakan dijual atau digadaikan," kata mereka. (std)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved