Saum Bareng Persib
Ibu Bapak Berpulang Saat Ramadan
Budi menekankan persiapan istimewa itu adalah dalam hal mempersiapkan lahir dan batin, yaitu mempersiapkan hati yang tulus dan
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Darajat Arianto
Oleh Kemal Setia Permana
SEBAGAIMANA lazimnya orang lain, dalam menyambut puasa, terkadang ada persiapan yang dilakukan secara lebih istimewa yang dilakukan orang-orang tertentu untuk menyambut keagungan dan kebesaran Ramadan dibanding bulan-bulan biasa. Bukan merupakan sebuah kewajiban memang, namun juga tidak diharamkan melakukan persiapan istimewa dalam segala hal jika memang mampu dilakukan tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain tanpa memaksakan secara berlebihan.
Bagi seorang Budi Bram Rachman, persiapan istimewa menyambut Ramadan adalah sesuatu hal yang wajib dilakukan. Persiapan yang istimewa itu, menyangkut dalam berbagai hal, termasuk dalam soal menu makanan.
Sekretaris Panpel Persib ini mengatakan, secara khusus, memang ada persiapan khusus yang dilakukan dia dan keluarga dalam menyambut Ramadan kali ini. Persiapan khusus itu, menurut Budi, tentunya dilakukan dengan wajar tanpa memaksakan kehendak.
"Bulan Ramadan itu kan bulan istimewa, maka persiapannya pun istimewa," ujar Budi kepada Tribun, belum lama ini.
Budi menekankan persiapan istimewa itu adalah dalam hal mempersiapkan lahir dan batin, yaitu mempersiapkan hati yang tulus dan ikhlas untuk menjalankan ibadah puasa dan meningkatkan amal ibadah, serta persiapan soal menu makanan.
"Menu makanan memang ada yang berbeda, tapi tidak berlebihan, sewajarnya saja. Namun berbeda dibanding hari biasa," ujarnya.
Budi tidak menyebutkan secara khusus menu yang dianggapnya istimewa di bulan puasa ini. Namun yang pasti ada menu tertentu yang selalu disantapnya setiap hari.
"Sebagai contoh, saya selalu ingin mengonsumsi masakan berkuah saat sahur, harus selalu ada, apapun masakannya. Asalkan bergizi tentunya," ujar Budi.
Namun menurut Budi, persiapan istimewa yang harus ditingkatkan adalah dari sisi ibadah. Bulan Ramadan, kata Budi, adalah bulan yang paling tepat dimanfaatkan seluruh kaum muslim di manapun untuk meningkatkan amal dan ibadahnya agar kembali fitrah seperti sedia kala. "Itulah hakikat Ramadan sebenarnya," kata Budi.
Dalam kesempatan itu, sosok yang terdepan dalam menangani pertandingan-pertandingan kandang Persib sebagai Sekretaris Panitia Pertandingan Persib, juga berceritera bahwa di bulan suci ini pula dirinya memperoleh pengalaman maha pedih namun memberi banyak pelajaran hidup.
Pengalaman pahit itu adalah kehilangan ibunda tercinta, H Apang Fatimah pada Ramadan tiga tahun lalu. Menurut Budi, dirinya memiliki kedekatan yang kuat dengan sosok ibunda tercinta.
"Namun Ramadan tiga tahun lalu, saya harus merelakan kepergian orang yang paling dekat dan mengerti saya. Biasanya menu sahur dan buka selalu ada yang memerhatikan, begitupun untuk tempat curhat, namun ketika Lebaran tiba, tak ada siapapun yang bisa saya minta maafkan terlebih dahulu, karena kedua orang tua sudah pergi selamanya," ujar Budi.
Yang lebih membuat pedih, tutur Budi, kepergian ibundanya hanya berselang tujuh bulan saja dari kepergian ayahanda, H Orahman Natawirya. Sehingga pada saat hari raya Idulfitri, di rumahnya sudah tidak ada siapa-sapa lagi. "Sepi sekali waktu itu, tak ada ayah dan ibu," katanya.
Namun kepergian orangtuanya yang hanya berselang tidak terlalu lama di bulan Ramadan, menurut Budi memberikan pelajaran bagaimana berartinya keberadaan orang tua, terutama jika hari raya Idulfitri datang. Di saat semua orang berkumpul, saat itu dia harus kehilangan sosok-sosk orang yang dicintainya.
"Maka berbaktilah kepada orang tua selagi masih ada, jangan sampai menyesal kelak saat mereka sudah pergi, jangan siasiakan waktu lagi," ujar Budi. (*)