Cerita 'Blusukan' Ala Irjen Suhardi Alius

Kali ini, yang punya cerita adalah Inspektur Jenderal Suhardi Alius. Jenderal bintang dua ini punya cerita blusukan sebelum menjabat Kepala Divisi

Editor: Darajat Arianto

"Tengah malam saya ke Polsek Senen. Saya ngecek ruang tahanan, ternyata lampunya mati," kata Suhardi, saat peluncuran bukunya 'Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan ke Bawahan', di Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (11/3/2013).

Ia pun menanyakan langsung pada tahanan tersebut, sejak kapan lampu mati. Tahanan itu menjawab sudah seminggu. Namun, seorang Bintara yang ada saat itu menjawab bahwa lampu mati baru satu hari.

Dengan blusukan itu, ia jadi tahu bahwa lampu tahanan dibiarkan mati berhari-hari. Sementara, saat menjabat Wakil Kepala Kepolisian Daerah Polda Metro Jaya, ia sempat kaget saat blusukan ke Polsek Makasar, Jakarta Timur. Dia mendapati ruang tahanan yang tidak dijaga satu orang pun. Pria berkumis ini pun menjaga ruang tahanan hingga bertemu anggotanya yang datang.

"Ternyata yang jaga sudah pulang dan yang baru belum datang. Saya menunggu di depan tahanan. Jadilah Wakapolda yang jaga sel itu sampai petugas datang," katanya sambil tertawa.

Suhardi blak-blakan menceritakan kesalahan anggotanya di lapangan. Ia juga pernah mendapati ruang tahanan Polsek Jatinegara yang dipenuhi asap rokok  karena exhaust fan tidak berfungsi. Di Polsek Cempaka Putih, lanjutnya, 12 tahanan melarikan diri pada Februari 2012 lalu. Ia terkejut, tahanan sebanyak itu dapat dengan mudah kabur dan hanya satu yang berhasil diamankan kembali saat itu. Akhirnya, ia mengintrogasi langsung seorang tahanan tersebut bagaimana bisa kabur.

"Saya interogasi sendiri akhirnya. Dia bilang, bolongin atap pakai gergaji dari  jam 23.00 malam sampai 03.00 pagi. Tapi kenapa enggak kedengaran. Ternyata ada suara keran bocor di situ, jadi tidak kedengaran. Dijadikan kamuflase, sedangkan yang jaga satu orang," kata pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.

Saat menjabat Kapolres Jakarta Barat pada 2004, ia juga rutin mengunjungi dua Polsek setiap malam. Dalam sebulan ia melakukan survei sendiri dari hasil `kluyurannya' tengah malam. Suhardi mengaku, aksi tersebut berhasil menurunkan angka kriminalitas hingga 30 persen. Sebab, para Kapolsek menjadi termotivatisi dan selalu melek untuk menjaga keamanan sekitar.

Dengan blusukan, ia mengaku jadi lebih mengerti dinamika di lapangan. Menurutnya, ujung tombak pelayanan Polri ada pada para Bintara yang terjun langsung di lapangan. Aktivis Usman Hamid yang menghadiri acara peluncuran buku itu menilai, gaya yang dilakukan Suhardi tak jauh beda dengan Gubernur DKI Jakarta Jokowi.

"Kalau di pemerintahan daerah ada Jokowi, kalau di Polri ada Suhardi," kata Usman.

Penyamaran

Cerita Suhardi yang tak pernah disorot media ini tak berhenti sampai di situ. Ia juga pernah nekat melakukan blusukan sambil menyamar ke Polsek Menteng. Tidak datang mengenakan seragam cokelat dengan bintang dua dipundaknya, Suhardi datang mengenakan kaos, celana jeans, dan sandal jepit. Mobilnya diparkir jauh dari Polsek Menteng. Ia menyamar menjadi warga biasa yang hendak melaporkan tindak kejahatan. Penyamaran Suhardi rupanya berhasil. Ia bertemu seorang Bintara yang menganggapnya sebagai warga biasa. Saat dihampiri, Bintara itu dengan nada yang tidak ramah menanyakan kedatangan Suhardi.

"Adik saya kena hipnotis," jawab Suhardi saat ditanya Bintara itu.

Bintara itu lantas menyarankan Suhardi lapor ke Pospol. Dia kesal lantaran petugas Polsek itu tidak mau menerima laporannya. Ia pun meminta sang Bintara mengantarnya ke Pospol. Dilihatnya banyak mobil patroli yang `nganggur' di situ. Namun, Bintara tersebut tidak mau mengantar sang jenderal yang sedang menyamar itu. Setibanya di Pos Polisi, ia bertemu Bintara yang senior. Saat Suhardi datang, rupanya Bintara di Pospol sudah mengetahui maksud kedatangannya karena telah diberitahu Bintara sebelumnya.

"Ternyata ada positifnya. Ternyata Bintara tadi telpon ke Pospol. Terus dia bilang, `Saya keliling enggak ada yang hipnotis'. Ya, emang saya laporan palsu. Terus saya diantar sampai keluar," ujarnya disambut gelak tawa yang lain.

Suhardi mencatat nama Bintara di Pos Polisi. Setelah itu, pria berdarah Minang ini bertandang ke Polsek Gambir. Di Polsek Gambir, ia mendapat perlakuan yang ramah dari seorang polisi berpangkat Inspektur Dua (Ipda). Ia dirangkul dan langsung dilayani. Ia mengatakan, adiknya dihipnotis di depan Hotel Millenium, Jakarta. Namun, ternyata Suhardi salah alamat. Ipda tersebut menjelaskan, daerah itu masuk wilayah hukum Polsek Tanah Abang. Ipda tersebut bahkan menawarkan untuk mengantar Suhardi ke Tanah Abang. Namun, Suhardi menolak.

Sumber: Kompas
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved