Setiadi Ditawari AK-47 Saat Jemput Istri

LAGU Bee Gees yang berjudul How Deep is Your Love menjadi lagu yang mendorong keberanian Setiadi alias Adi (20) menjemput istrinya, Sri Eka

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Darajat Arianto

LAGU Bee Gees yang berjudul How Deep is Your Love menjadi lagu yang mendorong keberanian Setiadi alias Adi (20) menjemput istrinya, Sri Eka Oktaviani alias Riska (17), di Kota Lubuk Linggau, Sumatra Selatan. Riska diduga menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking), kemudian dipekerjakan menjadi wanita penghibur.

Setelah ramainya pemberitaan bahwa Riska diduga dijual oleh ibunya sendiri kemudian bekerja di tempat karaoke sebagai wanita penghibur, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polres Bandung langsung menerjunkan personelnya untuk menjemput Riska. Tidak hanya polisi yang pergi ke kota di utara Sumatra Selatan itu. Adi juga turut menemani polisi menjemput istrinya.

"Perkawinan kami belum berusia setahun ketika Riska pergi ke Lubuk Linggau. Ketika polisi mengajak saya untuk pergi menjemputnya, saya langsung mengiyakan ajakan itu," ujar Adi ketika ditemui di kediamannya di Katapang, Kabupaten Bandung, belum lama ini.

Adi kemudian menceritakan pengalamannya ketika hendak menjemput Riska di Lubuk Linggau. Dia masih ingat, kala itu, Senin (21/5), di suatu siang yang sangat terik, polisi menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk menjemput Riska. Di dalam mobil, satu pucuk senjata api jenis AK-47 ditawarkan seorang polisi kepadanya.

"Seorang polisi yang ikut menjemput bilang ke saya, jika nanti di Lubuk Linggau ada apa-apa, untuk jaga diri, gunakan senjata ini. Saya kaget dan tidak berani memegangnya. Lihat juga belum. Melihat senjata itu, meyakinkan saya agar bisa membawa pulang Riska," kata Adi.

Sepanjang perjalanan dari Kabupaten Bandung hingga Lubuk Linggau, yang menempuh 30 jam perjalanan, dilalui Adi bersama polisi, yang juga dilengkapi dengan beberapa pucuk senjata. Ketika tiba di Jakarta, tersiar kabar bahwa Riska telah pulang. Namun, Adi dan polisi yang pergi menjemput belum yakin dengan kabar itu.

"Dengar kabar itu hati ini langsung tenang. Tapi saya dan polisi belum percaya sepenuhnya dengan kabar itu dan akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan," kata Adi.

Dalam perjalanan itu, hati Adi berkecamuk oleh amarah, rasa rindu dan cinta kepada istrinya, hingga perasaan ciut kehilangan nyawa.

"Pergi menjemput istri saya ke tempat yang dikenal rawan itu bukan perkara gampang karena, meski bersama polisi, belum sepenuhnya bisa menjamin keselamatan nyawa saya. Selama perjalanan dari Bandung hingga menyeberang melalui Pelabuhan Merak, sering saya membayangkan bahwa saya akan tewas karena tertembak saat  penggerebekan. Tapi, saya sadar bahwa saya adalah suami yang harus berkorban untuk istri. Ya, jika selama saya menikah belum bisa memberikan nafkah secara maksimal, paling tidak, saat itulah waktu yang tepat untuk berbuat sesuatu untuk istri saya," kata Adi tersenyum.

Ketika tiba di Lampung, hati Adi kembali berkecamuk. Adi merasakan takut yang luar biasa. Lampu-lampu kota di Lampung dan perempuan-perempuan malam yang ia lihat di sudut-sudut Kota Lampung menambah gejolak hartinya. "Baru ketika mulai meninggalkan Kota Lampung dan mulai melewati hutan-hutan Sumatra, hati saya menjadi kuat dan semakin berani," ujarnya.

Sesampainya di Kota Lubuk Linggau, suasana malam di tempat itu ingar-bingar dengan musik dangdut. Sejumlah perempuan malam bercengkerama di pinggiran jalan. Butuh waktu cukup lama menuju lokasi tempat Riska bekerja.

"Ketika polisi tiba di tempat kerja Riska, mereka menanyakan Riska pada sejumlah perempuan dan keterangan yang didapat katanya Riska sudah pulang. Saya saat itu hanya menunggu di dalam mobil sambil memantau situasi di luar, siapa tahu ada istri saya," ujarnya.

Setelah sekian lama menunggu, kata Adi, akhirnya kabar bahwa Riska sudah pulang terbukti. Semua perempuan yang bekerja di tempat Riska bekerja mengatakan Riska sudah pulang. "Mendengar kabar itu, hati saya plong dan ingin segera pulang," ujarnya.

Tiba di Bandung, Adi tidak langsung ke rumah. Ia dibawa ke Polres Bandung di Soreang. Di Mapolres Bandunglah Adi bertemu Riska. "Ketika bertemu lagi dengan Riska, rindu saya terobati. Tapi, saya juga tidak bisa berkata banyak kepada Riska. Saya hanya bilang apa kabar ke Riska. Selebihnya diam. Tapi dalam hati, saya benar-benar rindu ke dia," katanya.

Riska, yang mendengarkan cerita suaminya pergi ke Lubuk Linggau dengan niat menjemput dirinya bersama polisi, hanya tersenyum malu mendengar cerita itu. "Waktu pertama ketemu lagi sama Adi, ya senang. Rindu yang jelas. Waktu Adi nanya kabar, saya hanya senyum saja. Enggak bisa ngomong karena bahagia," ujar Riska.

Saat ini, mereka kembali bersama. Menjalani hari-hari mereka sebagai pasangan suami-istri. Adapun ibunda Riska, Ida Hidayanti (45), yang diduga telah menjual Riska ke Lubuk Linggau, telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Bandung. "Biar ibu saya ditahan. Supaya menjadi pelajaran," ujar Riska. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved