Waduk Jatigede Mengering di Musim Kemarau, Jadi Ajang Warga Nostalgia dan Cari Tutut

Debit air Waduk Jatigede yang berada di Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, menyusut.

Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Theofilus Richard
Tribun Jabar/Hakim Baihaqi
Debit air Waduk Jatigede yang berada di Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, menyusut. 

Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Debit air Waduk Jatigede yang berada di Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, menyusut.

Hal itu terlihat dari beberapa warga yang beraktivitas di dasar waduk tersebut.

Pantauan Tribun Jabar di Desa Sukaratu, batas tepi Waduk Jatigede yang semula berdekatan dengan Jalan Darmaraja-Wado kini menyusut sejauh 250 meter, dasar sungai pun terlihat retak.

Seperti kota mati di kemarau kali ini, Waduk Jatigede kembali terlihat menampilkan ratusan bekas bangunan yang sebelumnya dihuni oleh ribuan warga, bahkan beberapa komponen bangunan masih berserakan karena tinggalkan oleh para pemilik sebelumnya.

Air Sumur Tercemar dan Air Sungai Rancacili Menghitam, Warga Sekitar Gatal-gatal

Air Sumur di Rancaekek Menghitam, DLH Kabupaten Bandung Selidiki dan Beberkan Kemungkinan Penyebab

Di tepi waduk, ketinggian air mencapai 50 sentimeter, beberapa warga yang tengah beraktivitas menjaring ikan terjun langsung ke genangan air, tanpa menggunakan perahu sebagai alat bantu.

Tatang (65), warga Desa Sukaratu sekitar Waduk Jatigede, mengatakan bahwa sejak matahari terbit, ia bersama satu rekannya datang ke waduk tersebut untuk mencari keong tutut dan ikan air tawar di dasar sungai yang hampir mengering.

Bermodalkan tangan kosong, Tatang menyusuri dasar Waduk Jatigede yang saat ini dalam kondisi berlumpur untuk mencari tutut.

Debit air Waduk Jatigede yang berada di Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, menyusut.
Debit air Waduk Jatigede yang berada di Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, menyusut. (Tribun Jabar/Hakim Baihaqi)

Kedua matanya terus saja menatap ke arah bawah melihat tanda-tanda adanya binatang tersebut.

"Di sini banyak sekali tutut, cuman butuh setengah jam dapat satu kantong kresek," kata Tatang di Waduk Jatigede, Kamis (11/7/2019).

Tatang mengatakan, aktivitas mencari ikan dan tutut tanpa menggunakan alat bantu ini hanya bisa dilakukan pada saat musim kemarau atau waduk tersebut mulai mengering.

Pada musim hujan, ia mengaku tidak berani beraktivitas di Waduk Jatigede.

Ia mengatakan, berbeda dengan warga lainnya, tutut yang ia cari di dasar Waduk Jatigede ini untuk kebutuhan konsumsi keluarga, bukan untuk diperjualbelikan.

"Saya bukan nelayan, cuman petani. Sekarang kan lagi susah tanam, buat makan harus cari ke sini," katanya.

Selain mencari ikan dan tutut, kata Tatang, Waduk Jatigede yang surut ini pun mengingatkan ia bersama keluarganya pernah tinggal di Kampung Jatibungur.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved