Karena Tumor Ganas Alifa Meringis Setiap Makan, Sang Ayah Jual Kambing dan Pekarangan untuk Berobat

Hal ini dikarenakan bocah asal Kelurahan Prapen, Kecamatan Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat ini, menderita tumor ganas di bagian pipi dan rah

Editor: Theofilus Richard
KOMPAS.com/IDHAM KHALID
Alifa (3) bersama bapaknya, Juhaidi, sedang duduk di teras rumah, Minggu (9/6/2019) 

TRIBUNJABAR.ID, LOMBOK TENGAH - Setiap mengunyah makanan yang masuk ke mulutnya, Alifa (3), meringis kesakitan.

Hal ini dikarenakan bocah asal Kelurahan Prapen, Kecamatan Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat ini, menderita tumor ganas di bagian pipi dan rahangnya, sejak dua bulan lalu.

Juhaidi (33), ayah Alifa, mengatakan bahwa awalnya tumor hanya berupa benjolan di rahang kiri Alifa, lalu terus membesar.

Alifa masih aktif berjalan dengan normal, tetapi setiap tumornya kumat atau melakukan aktivitas dengan mulut, dia selalu meringis dan merengek kesakitan.

Kawah Putih Masih Jadi Primadona Bandung Selatan Saat Libur Lebaran, 5 Hari Ada 35 Ribu Wisatawan

Karena itulah, Juhaidi dan istrinya, Baiq Eka Wahyuningsih, kerap menuruti apa saja permintaan makanan yang diinginkan oleh putri semata wayangnya itu.

"Kesulitan juga untuk makan, kalau makanannya kami tidak pernah larang, asalkan Alifa mau makan syukur," tuturnya ketika ditemui di kediamannya, Minggu (9/6/2019).

Selain merasa kesakitan ketika mengunyah dan menelan, Alifa kerap menangis saat tumornya kumat.

"Dia sering menangis di malam hari kalau dia rasakan tumornya sakit," katanya.

Oleh dokter, lanjut Juhaidi, Alifa didiagnosa menderita tumor mandibula di pipi sebelah kiri.

Di bagian itu terlihat benjolan besar yang kerap ditutup dengan perban.

Aliga kini berada di rumah karena tengah menunggu hasil rujukan RSUP NTB menuju ke Rumah Sakit Sanglah Bali.

Polisi Beberkan Bukti Pertemuan Kivlan Zen dengan Tersangka Eksekutor 4 Tokoh Nasional

Jual kambing hingga pekarangan

Juhaidi berharap putrinya bisa pulih seperti sedia kala. Dia mengaku sudah membawa Alifa keliling rumah sakit di NTB meski kemampuan mereka terbatas, tetapi belum ada jalan keluar yang memuaskan.

"Kami memang kekurangan biaya, tetapi kami terus berusaha. Sudah banyak rumah sakit di Lombok kami datangi, tetapi hasilnya tetap tidak bisa ditangani," ucap Juhaidi.

Namun mengalami kesulitan biaya dalam proses pengobatan Alifa, dia dan keluarga terus berusaha terbaik untuk menemukan cara menyembuhkan Alifa

Sumber: Kompas
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved