Ada Teriakan Nama Capres di Laga Persib Bandung Vs Arema FC, Ini Kata Pengamat
Aksi yang tidak netral dari suporter dinilai menjadi bukti tidak profesionalnya PSSI karena tidak memikirkan A sampai Z tentang sepakbola Indonesia.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan wartawan Tribun Jabar, Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengamat sepakbola Sarman El Hakim mengatakan, aksi suporter sepak bola yang meneriakkan nama calon presiden nomor 02, Prabowo, saat Gubernur Jabar Ridwan Kamil memasuki Stadion Si Jalak Harupat untuk menonton laga Persib Bandung kontra Arema FC, menambah preseden buruk bagi netralitas dan sportivitas olahraga Tanah Air.
Pria yang akrab disapa Bang Sarman ini menilai, kejadian yang menimpa Ridwan Kamil bukan kali pertama terjadi.
Beberapa saat lalu, teriakan yang menyebut nama Prabowo dan ungkapan 2019 Ganti Presiden juga terjadi di stadion GOR H Agus Salim di Padang.
#02GagapUnicorn Trending, Gerindra: Prabowo Bukan Tak Tahu Tapi Pelafalan Jokowi Tak Terdengar Jelashttps://t.co/jXr1ZrxbVp.
— Tribun Jabar (@tribunjabar) February 18, 2019
”Bukan kegagalan ya, tapi PSSI sebagai pengelola Liga Indonesia tidak punya visi memproteksi netralitas sepakbola. Tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat tentang isu yang berkembang. Akhirnya terjadilah seperti itu,” kata Bang Sarman, Senin (18/2/2019).
Bang Sarman mengatakan, pada kondisi saat ini, sepakbola tidak hanya digiring ke ranah politik, namun netralitas sepakbola juga sempat digiring ke isu politik luar negeri, seperti gerakan Save Palestine.
• Piala AFF U-22 - Timnas U-22 Indonesia Posisi Dua, Vietnam dan Thailand Berpeluang Lolos Semifinal
Ketua Umum Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI) tersebut mengatakan, aksi yang tidak netral dari suporter tersebut menjadi bukti tidak profesionalnya PSSI karena tidak memikirkan A sampai Z tentang sepakbola Indonesia.
Pria yang mengaku sudah 11 tahun mempelajari sepakbola dalam dan luar negeri tersebut menilai liga di Indonesia adalah liga yang paling aneh. Sebab, hal-hal yang tidak terbayangkan bisa terjadi di lapangan.
”Suporter itu ada koordinatornya kan. Seharusnya bisa diantisipasi, dicegah. Sebab, utamanya, supporter ini, di mana pun bukan orang sembarangan,” katanya.
Dia menilai PSSI selama ini tidak punya perencanaan yang jelas tentang sepakbola Indonesia. Khususnya yang mengikat suporter untuk tetap disiplin menjaga netralitas.
• Jadi Tersangka Perusakan Barang Bukti, Plt Ketua Umum PSSI Joko Driyono Diperkisa 20 Jam
”Ketika faktor kesengajaan sudah terjadi sekali. Maka, saya yakin akan terjadi lagi, nanti. Jika itu terjadi, maka sepakbola Indonesia sudah jauh dari harapan,” ucapnya.
Pengamat Politik Unpad, Muradi, mengatakan, dalam euforia pesta demokrasi semua hal bisa terjadi. Sayangnya, hal tersebut kadang diungkapkan tidak pada tempatnya.
”Jika masalah olahraga dicampur politik, maka penyelenggara bisa kena sanksi. Bahkan, paling keras, jika tim tuan rumah menang, bisa didiskualifikasi,” kata Muradi.
Muradi mengatakan, jika memang terbukti ada kesengajaan, maka beberapa pihak harus terlibat untuk menginvestigasi hal tersebut. Salah satunya Bawaslu.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ridwan-kamil-dan-atalia.jpg)