Wabah DBD

Waspada, Pasien DBD di RSHS Bandung Melonjak 8 Kali Lipat

pengobatan pasien demam berdarah tidak sulit, obatnya hanya infus pengganti cairan tubuh dan penurun demam, namun jika pemberiannya terlambat dapat be

Editor: Machmud Mubarok
ISTIMEWA
Kepala Divisi Infeksi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS, DR. Dr, Djatnika Setiabudi, SpA(K) MCTM (tengah) mendampingi Direktur Utama RSHS, dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K),M.Kes., MMRS saat konferensi pers soal lonjakan pasien DBD selama Januari 2019 di RSHS Bandung, Jumat (25/01/2019). 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pasien Demam Berdarah yang dirawat di RSUP dr. Hasan Sadikin pada Januari 2019 meningkat delapan kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Sampai 20 Januari 2019, jumlah pasien DBD sebanyak 55 orang. Sedangkan Januari 2018 sejumlah 7 orang.

“Belum habis bulan Januari, pasien demam berdarah sudah lebih dari 55 orang, meningkat 8 kali lipat dari Januari 2018,” ujar Direktur Utama RSHS, dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K),M.Kes., MMRS, dalam rilis yang diterima Tribun, Jumat (25/01/2019).

Walau terjadi lonjakan tajam, Nina mengatakan RSHS siap sepenuhnya merawat pasien. RSHS kata Nina menyiapkan ruangan perawatan yang terdiri atas Ring 1, Ring 2 dan Ring 3. Ring 1 adalah Ruang Perawatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam, Ring 2 ruang perawatan lain yang tersedia. Jika lonjakan pasien masih terjadi, RSHS mengupayakan Ring 3 yaitu tempat-tempat non perawatan yang dapat difungsikan menjadi tempat perawatan seperti selasar dan lain sebagainya.

“RSHS akan mengupayakan yang terbaik, jika terjadi lonjakan lagi kami sudah antisipasi,” katanya. 

Senada dengan Direktur Utama, Kepala Divisi Infeksi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS, DR. Dr, Djatnika Setiabudi, SpA(K), MCTM, menyampaikan lonjakan pasien anak yang dirawat di Ruang Kenanga RSHS. Djatnika mengimbau kepada masyarakat, jika menghadapi anak atau anggota keluarga yang demam selama 2-7 hari terus menerus, segeralah dibawa ke dokter.

Menurut Djatnika, gejala Demam Berdarah di antaranya demam terus menerus selama 2-7 hari. Setelah itu fase kritis, di fase ini biasanya demamnya turun namun justru kondisi pasien sedang menurun dan apabila tidak cepat ditangani, trombosit pasien akan terus menurun secara drastis dan dapat mengakibatkan perdarahan yang sering tidak disadari dan dapat mengakibatkan kematian. Angka kematian karena demam berdarah di Indonesia mencapai rata-rata 0,7%.

“Jika anak demam tinggi selama lebih dari 2 hari kemudian mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis, jangan terkecoh, apalagi jika anak kelihatan lemas, pegal-pegal, muntah bahkan mimisan. Bisa jadi anak sedang dalam fase kritis. Jika menemukan kondisi begini segera bawa ke IGD terdekat agar penanganannya tidak terlambat,” jelas  Djatnika.

Sebetulnya, menurut dr. Djatnika, pengobatan pasien demam berdarah tidak sulit, obatnya hanya infus pengganti cairan tubuh dan penurun demam, namun jika pemberiannya terlambat dapat berakibat fatal.

Yang terpenting agar masyarakat selalu mengupayakan pencegahan tumbuhnya nyamuk  Aedes aegypti dan Aedes albopictus untuk mencegah menularnya penyakit demam berdarah. Aedes aegypti senang tumbuh di air bersih yang berada di tempat-tempat penampungan air, sedangkan Aedes albopictus suka berada di pohon-pohon atau di taman-taman.

Caranya kata Djatnika seperti yang telah diketahui bersama. Lakukan 3M plus, 3 M nya yaitu menutup, menguras, mengubur, dan mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah, Plusnya adalah dengan menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, menggunakan lotion anti nyamuk, dan upaya pencegahan lainnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved