Murid SDN 1 Andir Baleendah Terpaksa Laksanakan KBM di Tempat Pengungsian, Sekolah Terendam Banjir
Berdasarkan pantauan Tribun Jabar, murid-murid SDN 1 Andir kelas 3, 4, 5 dan 6 masih tampak belajar di Aula Gedung Kwarcab.
Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin
TRIBUNJABAR.ID, BALEENDAH - Buntut dari banjir yang melanda wilaya Baleendah, rutinitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sejumlah murid SDN 1 Andir Baleendah terganggu, mereka terpaksa belajar di Aula Gedung Kwarcab Kabupaten Bandung Jalan RAA Wiranata Kusumah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Senin (12/11/2018).
Berdasarkan pantauan Tribun Jabar, murid-murid SDN 1 Andir kelas 3, 4, 5 dan 6 masih tampak belajar di Aula Gedung Kwarcab.
Sementara kelas 1 dan 2 sudah dipulangkan karena jam belajar mereka lebih pendek.
Sejumlah murid tersebut terpaksa belajar lesehan, di lantai ruangan tanpa alas maupun meja dan kursi belajar.
Karena keterbatasan ruangan, masing-masing kelas dibagi per sudut ruangan.
Mereka belajar dengan sistem dikte (dilafalkan) oleh guru mereka masing-masing, karena kurangnya papan tulis di ruangan tersebut.
Menjelang pukul 11.00 siang mereka siap-siap pulang ke rumahnya masing-masing.
Selain itu, banyak pula murid-murid SDN 1 Andir yang pulang ke pengungsian karena rumah mereka juga ikut terendam banjir.
"Kami mulai mengungsi ke sini (Kwarcab) sejak tanggal 08 kemarin. Karena sekolah kami terendam dan akses menuju sekolah kami juga terputus," kata Kepala Sekolah SDN 1 Andir Yeti Setiawati Nurman di lokasi.
Yeti menuturkan ketinggian air di halaman sekolah mereka beberapa hari lalu sudah mencapai dada orang dewasa. Dan kemarin malam, banjir di tiga kecamatan meliputi Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang mulai meningkat secara signifikan hingga nyaris 2 meter, termasuk di SDN 1 Andir.
"Sejak tanggal 28 (Oktober) kemarin juga sudah ada banjir, tapi kami masih menggunakan kelas di sana. Semakin hari semakin naik sampai kemarin tanggal 8 kami putuskan mengungsi. Karena sudah tidak mungkin lagi belajar disana, kami utamakan keselamatan anak-anak," katanya.
Diakui Yeti, kondisi tersebut pastinya mengganggu kegiatan belajar/mengajar menjadi kurang kondusif karena semua murid disaturuangankan.
Ditambah kurangnya fasilitas seperti papan tulis, meja dan kursi belajar hingga lemari buku menjadi kendala mereka.
Selain itu, semenjak mengungsi ke Gedung Kwarcab, kata Yeti, tingkat kehadiran siswa-siswa ini juga mulai menurun.