Ribuan Santri Buntet Ziarahi Makam KH Abbas Abdul Jamil, Pencetus Perlawanan Terhadap Sekutu
Ribuan santri Buntet Cirebon menziarahi komandan perang 10 November, KH Abbas Abdul Jamil. KH Abbas merupakan pencetus perlawanan terhadap sekutu.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Ribuan santri Pondok Pesantren Buntet Cirebon menziarahi makam komandan perang 10 November 1945 di Surabaya, KH Abbas Abdul Jamil, di kompleks Makbaroh Gajah Ngambung, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Senin (22/10/2018).
Ziarah ke makam salah satu sesepuh Pesantren Buntet Cirebon itu untuk memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2018.
Sebelum berziarah, ribuan santri itu tampak menggelar pawai berkeliling Desa Mertapada Kulon.
Mereka kemudian mengikuti upacara HSN 2018 di lapangan kompleks Pesantren Buntet Cirebon.
Pengasuh Pondok Pesantren Buntet, KH Anas Azas, mengatakan, KH Abbas berperan penting dalam dikeluarkannya fatwa resolusi jihad oleh para kiai Nahdlatul Ulama kala itu.
Menurut dia, fatwa resolusi jihad itu yang membuat para santri dan kiai siap mempertahankan kemerdekaan RI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
"Setelah fatwa itu dikeluarkan, terjadi perang di Surabaya dan Kiai Abbas komandan perangnya," ujar KH Annas Azas kepada Tribun Jabar, Senin (22/10/2018).
Ia mengatakan, KH Hasyim Asy'ari yang mengeluarkan fatwa resolusi jihad, tidak mau memulai peperangan melawan sekutu sebelum KH Abbas yang tengah dalam perjalanan dari Cirebon tiba di Surabaya.
Bahkan, Kiai Abbaslah yang menentukan waktunya kapan penyerangan terhadap sekutu dimulai.
Ia menambahkan, apa yang dilakukan para santri saat ini masih jauh jika dibandingkan dengan tindakan yang dilakukan oleh para kiai dan santri di masa awal kemerdekaan RI.
"Saat itu para kiai tetap membina santrinya meski maju ke medan perang," kata KH Annas Azas.
"Sekarang santri jangan cepat mengeluh, isi kemerdekaan yang telah diraih para pahlawan dengan terus melakukan kebaikan," ujar KH Annas Azas.
Ia juga mengaku bangga ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
Ini berarti peran santri diakui oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Selain itu, peringatan hari santri juga menjadi momentum untuk meneladani perjuangan para kiai dan santri dalam menjaga kedaulatan NKRI.
"Hari santri ini untuk kembali mengingat peran penting kiai dan santri di negara ini," kata KH Annas Azas.