Miris, Seorang Kakek Bertahun-tahun Tinggal di Gubuk Reyot di Area TPS Liar

Seorang kakek tua di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, sudah puluhan tahun hidup sebatang kara, kini tinggal di gubuk tidak layak huni

Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Dedy Herdiana
Tribun Jabar/Hakim Baihaqi
Seorang kakek, Iya (78) di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, sudah puluhan tahun hidup sebatang kara, kini tinggal di gubuk tidak layak huni, Jumat (19/10/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Seorang kakek tua di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, sudah puluhan tahun hidup sebatang kara, kini tinggal di gubuk tidak layak huni, tanpa pernah merasakan adanya bantuan dari pemerintah setempat maupun warga sekitar.

Gubuk reyot yang ditempati kakek tua bernama Iya (78) ini berada di tempat pembuangan (TPS) liar seberang SDN 3 Rancaekek, Jalan Stasiun, Desa Rancaekek, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Hunian tidak layak yang ditempati oleh Iya kondisinya sangat mengkhawatirkan, lantaran hanya beralaskan tanah, berdinding papan triplek sisa bangunan, dan dipenuhi banyak sampah plastik rumah tangga.

Gubuk reyotnya itu berukuran 2x3 meter.

Di dalamnya terbagi menjadi ketiga ruangan, satu ruangan untuk kamar tidur dan dua ruangan tempat barang-barang.

Mobil Baleno Terbalik di Dago Kota Bandung Subuh Tadi

Wanita Prostitusi Online yang Digerebek Bima Arya: Sehari Dikirim ke 5 Pria di Lokasi Berbeda

Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum ke Palu, Serahkan Bantuan Bagi Korban Gempa dan Tsunami

Untuk mandi cuci kakus (MCK) ia mempergunakan kamar mandi di seberang TPS liar.

Sebelum menempati lokasi di TPS liar, Iya menempati bangunan kosong tak berpenghuni di Kampung Babakan Loa, Desa Rancaekek Kulon, namun setelah bangunan tersebut kembali dipakai pemiliknya, ia terpaksa pindah dan membangun gubuk reyot di TPS liar.

Iya bercerita, kalau ia telah hidup sebatang kara selama lebih dari 20 tahun.

Setelah istri dan kelima anaknya meninggalkan dirinya, Iya terpaksa hidup menggelandang.

"Saya hidup sendiri, tidak ada yang mau jadi teman saya.  Saya di sini sudah hampir tujuh tahun. Sebelumnya tinggal di Desa Rancaekek Kulon," ujar Iya kepada Tribun Jabar di gubuk reyot miliknya, Jumat (18/10/2018).

Iya mengaku kalau dirinya sangat kerasan tinggal di gubuk reyot itu, meskipun harus tidur bersama tumpukan sampah dan kepulan asap dari sisa pembakaran sampah, belum lagi, pada malam hari ia harus merasakan dinginnya malam karena dinding ya tembus udara.

"Kalau hujan pasti bocor, semua basah, risiko tinggal di gubuk sampah," kata Iya.


Demi memenuhi kebutuhan sehari-sehari, ia selalu berkeliling ke beberapa komplek perumahan sekitar gubuk reyot untuk mengais rezeki dari tempat sampah berupa botol plastik, kardus, atau pun kaleng bekas.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved