Kurs Mata Uang Dolar AS Terus Menguat, Pengusaha Rotan di Cirebon Belum Rasakan Dampak Signifikan
Menguatnya nilai mata uang dolar Amerika Serikat (USD) yang kini mencapai Rp 15 ribu, memiliki dampak positif dan negatif bagi . . .
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Menguatnya nilai mata uang dolar Amerika Serikat (USD) yang kini mencapai Rp 15 ribu, memiliki dampak positif dan negatif bagi penjualan kerajinan rotan khas Cirebon.
Pasalnya, kreativitas berbahan rotan khas Cirebon sebagian besar dipasarkan ke luar negeri.
Dalam sebulan, seorang pengusaha rotan, mampu mengekspor setidaknya lima kontainer.
• Edisi Rabu 5 September 2018, Emil Belum Fitting Baju [VIDEO HEADLINE]
• Kim Jeffrey Kurniawan Akui Sudah Siap Main, Pelatih Persib Belum Putuskan Tugas Khususnya
Dampak positif dari menguatnya dolar dapat menjadi keuntungan jika semua bahan bakunya dibeli dari Indonesia.
Hanya saja, bahan baku pembantu rotan di Cirebon masih didapatkan dari mancanegara, semisal China.
Sebaliknya, jika rupiah yang menguat, pengusaha rotan pun tidak bisa berjualan.
Satu di antara pengusaha rotan di Cirebon yang mengalami kondisi tersebut, adalah Sumarca (69).
Rupiah Anjlok, Politisi Partai Demokrat Minta Jokowi Umumkan Pengunduran Diri https://t.co/CdRhrZslHj via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 5, 2018
"Ya karena pasar kita itu kebanyakan luar negeri bukan lagi lokal. Kalau lokal lebih senang membeli barang-barang yang terbuat dari plastik," katanya saat ditemui di Rotan Tegalwangi, Desa Kaliwulu, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Rabu (5/9/2018).
Ia memiliki kekhawatiran akibat adanya perang dagang antara China dengan Amerika, akan berdampak pada perekonomian dunia.
Mengenai penjualan rotan, menguatnya dolar AS belum dapat dirasakan signifikan oleh pengusaha rotan karena bahan bakunya ada yang masih impor.
Namun, sejak beberapa hari ini, permintaan rotan dari luar negeri sedang terus meningkat. (*)