Kepala Stasiun Geofisika Bandung: Langkah Antisipasi Dampak Gempa Bumi Belum Terlambat
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Tony Agus Wijaya, kembali menekankan mitigasi menjadi hal yang penting dilakukan saat ini.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Tony Agus Wijaya, kembali menekankan mitigasi atau tindakan pengurangan dampak bencana, termasuk gempa, menjadi hal yang penting dilakukan saat ini.
Meskipun sejumlah pihak menilai pengetahuan masyarakat di Jabar, termasuk Bandung soal mitigasi masih rendah, Tony mengatakan, langkah mitigasi saat ini belum terlambat dilakukan.
"Gempa ini peristiwa alam yang sudah terjadi sejak bumi ini diciptakan. Kita tidak bisa menolak atau menghindar dari gempa karena peristiwa itu adalah peristiwa alamiah. Satu-satunya langkah yanh harus dilakukan adalah mengurangi risiko atau dampaknya, karena hingga saat ini belum ada ilmu atau teknologi meramal gempa. Kalaupun ada, itu hoaks, sehingga yang ada masyarakat bisa panik," katanya saat ditemui Tribun Jabar di kantornya, Jalan Cemara, Kota Bandung, Jumat (24/8/2018).
• Kesedihan Luis Milla yang Mendalam Saat di Ruang Ganti Timnas U-23, Dibeberkan Bima Sakti
• Pelabap MotoGP Sebelum Adu Balap Sempatkan Beri Dukungan buat Korban Gempa Lombok
Mitigasi, ucapnya, bahkan bisa dilakukan dari hal-hal kecil.
Misalnya, dengan menentukan jalur evakuasi menuju area yang aman dari reruntuhan bangunan akibat gempa.
"Rute evakuasi itu bisa menuju ke halaman terdekat. Sehingga kalau tahu rutenya, masyarakat tidak panik saat terjadi gempa," ujarnya.
Selain itu, kata Tony, masyarakat juga perlu menata interior di dalam rumah.
Cara Bersihkan 'Sampah' WhatsApp Agar Memori Ponsel Tak Gampang Penuh https://t.co/WOmFtTi1Ho via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 25, 2018
Benda-benda berat sebaiknya diletakkan di lantai, tidak diletakkan di atas.
"Sehingga kalau ada gempa, tidak jatuh dan menimpa penghuni rumah," ujarnya.
Berikutnya, masyarakat juga perlu memeriksa kualitas rumah atau kekuatan bangunan.
Jika sedang membangun rumah yang baru, kata Tony, struktur atau rangka bangunan lah yang perlu diberi perhatian lebih.
"Rangka, strukur, atau tulangan yang perlu diberi perhatian, harus terikat dengan baik. Kalau di masyarakat kan sekarang lebih mementingkan lantai atau keramiknya," katanya.
Tony berujar, di Indonesia potensi gempanya memang beragam.
Bahkan, ada beberapa daerah yang potensi gempanya cukup tinggi.
Kendati demikian, harusnya hal tersebut tak membuat Indonesia menjadi negara yang sulit mencapai kesejahteraan.
"Ada negara lain yang potensi gempanya lebih tinggi, tapi mereka bisa jadi masyarakat atau negara sejahtera. Kuncinya ya mitigasi. Jadi langkah mitigasi belum terlambat, bisa dimulai dari hal kecil," katanya. (*)