Kabar Terbakarnya Kolam Jaring Apung di Waduk Cirata Cepat Menyebar, Petani KJA Cianjur Siaga

Kabar terbakarnya kolam jaring apung (KJA) di wilayah Purwakarta dengan cepat menyebar di kalangan petani ikan Cirata, Rabu (25/7/2018).

ISTIMEWA
Sebuah kolam jaring apung (KJA) di Waduk Cirata wilayah Desa Tegaldatar, Maniis, Purwakarta terbakar, Rabu (25/7/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Kabar terbakarnya kolam jaring apung (KJA) di wilayah Purwakarta dengan cepat menyebar di kalangan petani ikan Cirata, Rabu (25/7/2018).

Meski tak berkaitan dengan penertiban KJA, petani ikan di wilayah Cianjur siaga dan waspada khawatir ada oknum yang memanfaatkan situasi.

"Iya kabarnya katanya kebakaran tadi efek dari kejadian pencurian ikan, namun kami di sini siaga khawatir ada oknum yang memanfaatkan situasi," ujar H Dani Hamdani ditemui di kawasan pesisir Cirata wilayah Maleber, Cikalongkulon, Rabu (25/7/2018) sore.

Dulu Ngaku Diberi Uang Bulanan Rp 400 Juta, Kini Nikita Mirzani Sebut Dipo Sok Kaya dan Banyak Utang

Rumah Mewah yang Ditinggali Inneke di Dekat Lapas Sukamiskin Sempat Digeledah Tim KPK

Dani mengatakan di wilayah Maleber Cikalongkulon sampai dengan Jangari Kecamatan Mande, para petani terlihat mulai berubah pasca kejadian pembakaran saung dan perahu beberapa waktu lalu.

"Petani yang biasanya pakai kaos saja sekarang berkemeja, silakan lihat dari kawasan pesisir sini sampai Jangari sana," kata Dani.

Dani mengatakan pada dasarnya para petani siap mendukung program pemerintah dan siap menandatangani kesepakatan asal sesuai dengan standar operasi prosedur yang telah disosialisasikan sebelumnya.


"Para petani siap dan sadar jika ada penggusuran, asal sesuai dengan apa yang telah disosialisasikan," katanya.

Namun, kata Dani, di sisi lain para petani banyak yang mengeluh. Pasalnya banyak yang masih mempunyai utang pakan dan telah mengajukan kredit.

"Saya aja mengurus sekitar 103 orang yang bergantung kepada kredit, mereka saat ini bayar seadanya semampunya setiap bulan," kata Dani.

Dani mengatakan dari 103 petani yang bergantung kredit pakan saat ini masih menyisakan utang sekitar Rp 4,3 miliar.

"Banyak yang mengeluh bagaimana cara melunasi utang terutama mereka yang petani kecil, biasanya ada masuk semampunya ada yang bayar Rp 200 ribu maksimal Rp 500 ribu," kata Dani.

Dani tak bisa berbuat banyak melihat keadaan saat ini. Ia hanya berharap agar petani kecil penduduk lokal yang mempunyai kolam sedikit diberi kesempatan untuk menjalankan perekonomian. "Saya juga bingung belum terpikir mau usaha apa jika ini sudah ditutup," katanya.

Dani mengatakan para petani saat ini beberapa di antaranya sudah membaca aturan standar operasi penertiban. Dari penuturannya ada kriteria di bawah 20 petak ke bawah nol persen, di atas 20 petak 5 persen, dan di atas 20 petak 10 persen.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved