''Kita Tidak Pancasilais Saat Membiarkan Tetangga Kita Kelaparan''

"Tidak cukup sebatas saya Pancasila, anda Pancasila kita Pancasila. ‎Kita tidak Pancasilais saat membiarkan tetangga kita kelaparan," ujar Bahrun

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Yudha Maulana
Tribun Jabar/Mega Nugraha
Mahasiswa yang tergabung dalam Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fakultas Hukum Universitas Langlangbuana menggelar diskusi Pancasila, tepat di depan penjara Ir Soekarno, Banceuy Kota Bandung, Sabtu (14/7). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna

TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG - Mahasiswa yang tergabung dalam Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fakultas Hukum Universitas Langlangbuana menggelar diskusi Pancasila, tepat di depan penjara Ir Soekarno, Banceuy Kota Bandung, Sabtu (14/7/2018).

Agenda yang dihadiri ratusan mahasiswa di Kota Bandung itu menyerukan ihwal upaya membumikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, Pancasila sebagai fondasi dan roh aktivitas masyarakat Indonesia.

"Saat ini Pancasila dimaknai begitu sempit, bahk‎an hanya sekedar jargon identitas kelompok politik untuk mempertahankan dominasi kekuasaan tertentu saja‎," ujar Bahroen selaku Ketua Komisariat GMNI Fakultas Hukum Unla.

Pancasila kata dia, seharusnya dimaknai sebagai landasan pandangan untuk kehidupan sehari-hari, baik dalam menjalankan kekuasaan bahkan hingga ke level terkecil kehidupan bertetangga.

"Pancasila adalah soal bagaimana memperlakukan manusia sebaik-baiknya dengan prinsip kemanusiaan. Pancasila adalah tentang bagaimana kekuasaan dijalankan ‎untuk kepentingan manusia Indonesia," kata Bahrun.

Pun dalam kehidupan mahasiswa di kampus dan di tengah masyarakat. Menurutnya, Pancasila tidak elok jika hanya jadi rangkaian kalimat kosong tanpa arti, seperti yang sering dilihat saat ini.

"Tidak cukup sebatas saya Pancasila, anda Pancasila kita Pancasila. ‎Kita tidak Pancasilais saat membiarkan tetangga kita kelaparan, negara dan pemerintah tidak Pancasilais jika untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pendidikan gratis saja, harus melabeli mereka dengan stempel miskin," kata Bahrun.

Narasumber dalam acara itu antara lain alumni GMNI Jabar, dr Andy Talman, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Abdy Yuhana, Ari Mulia Subagdja dan Aa Abdul Rozak.

Sementara itu, dr Andy Talman membahas ihwal ekonomi nasional dalam kaitannya dengan ekonomi Pancasila. Abdy Yuhana menjelaskan Pancasila sebagai ideologi bersifat universal.

"Pancasila lahir di bumi Indonesia, namun digali oleh Bung Karno. Kita harus meyakini Pancasila karena hanya Pancasila yang secara rasional akal sehat mampu mempersatukan segala perbedaan di Indonesia. sebagai sebuah keyakinan, Pancasila harus dipahami sebagai ideologi yang harus diamalkan oleh kita semua," kata Abdy.

Ia menambahkan Pancasila sedang dikepung dua ideologi besar. Liberalisme yang mengusung kebebasan yang luar biasa. Kemudian radikalisme agama. Keduanya kutub yang ekstrem dan membahayakan ketahanan bangsa.

"Indonesia negara besar dan dijadikan sebagai target pasar dalam konsepsi liberalisme. Sebagai masyarakat yang sadar kondisi kekinian, kita harus pahami Pancasila sebagai konsep negara dan konsensus dalam bernegara," kata Abdy yang juga menyebut Pancasila kata dia, juga sebagai ilmu pengetahuan.

Pusing Kebanyakan Grup WhatsApp? Nih Cara Keluar dari Grup Tanpa Ketahuan Orang Lain

Inggris Vs Belgia, Gol Cepat Meunier ke Gawang Inggris, Cetak Dua Sejarah Baru di Piala Dunia

Pernah Satu Mobil, Menpora Malaysia Ungkap Sosok Jokowi Sebenarnya, He Called Me Bro

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved