Fahri Hamzah Nilai Pilkada Jabar Paling Tragis, Deklarasi Kader PKS yang Dulu Bisa Menang Telak
Namun, manuver elite PKS meninggalkan Demiz yang telah mendampingi Aher selama 5 tahun.
TRIBUNJABAR.ID - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah memberikan tanggapan terkait pemilihan kepala daerah (pilkada) Jawa Barat (Jabar) serta manuver Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Kamis (28/6/2018).
Tanggapan tersebut diberikan Fahri Hamzah melalui akun Twitter-nya, @Fahrihamzah.
Fahri menyebutkan bahwa pilkada Jabar paling tragis.
Mulanya, para kader PKS mendeklarasikan Deddy Miswar (Demiz) berpasangan dengan Syaikhu dan Fahri mengatakan pasangan tersebut akan menang telak dalam gelaran pilkada Jabar.
Baca: Meski Tanpa Jabatan, Dedi Mulyadi Berjanji untuk Tetap Memaslahatkan Masyarakat
Namun, manuver elite PKS meninggalkan Demiz yang telah mendampingi Aher selama 5 tahun.
Oleh sebab itulah, suara menjadi terpecah.
"Pilkada Jawa Barat itu paling tragis...sewaktu kader2 PKS deklarasikan Demiz-Syaikhu saya langsung bilang “menang telak..!”. Tapi manuver elite PKS mengalahkan akal sehat .Demiz yg telah dampingi aher 5 tahun malah ditinggal. Suara pecah dan kalah! Tragis!,'" tulis Fahri.
Setelahnya, Fahri mengatakan jika ada sedikit salah paham antara Demiz dan Gerindra sehingga Demiz mencari tiket ke Partai Demokrat demi utuhnya Demiz -Syaikhu.
Namun, PKS tidak mencoba mencari jalan tengah untuk keduanya justru memecah.
"Lalu, setelah ada sedikit salah paham antara Demiz dengan Gerindra lalu Demiz merapat mencari tiket ke PD (demi utuhnya Demiz-Syaikhu), harusnya PKS sebagai partai Dakwah menyatukan dan mencari jalan tengah. Toh Demiz sdh seperti kader PKS. Eh malah memecah," tweet Fahri.
Baca: Lulus dari JKT48, Ini Kabar Terbaru Haruka, Unggah Foto Berjilbab dan Sebut Kriteria Pria Idaman
Pecah antara Demiz-Syaikhu terjadi dan memunculkan Sudrajat sebagai pasangan Syaikhu untuk menjadi Cagub, sedang Demiz berpasangan dengan Dedi.
Fahri menambahkan ia mengenal baik kedua cagub yang bertarung di pilkada Jabar tersebut, antara Demiz dan Sudrajat.
Namun menurut Fahri, pertarungan keduanya dirasa tidak perlu dan mubazir.
Pertarungan kedua cagub itu terjadi karena kekonyolan elite PKS dan hasilnya basis suara terpecah dan kalah.
"Saya kenal Demiz, saya kenal pak Sudrajad sejak masih aktif di TNI, keduanya orang2 besar di pentas kita. Tapi pertarungan keduanya tidak perlu. Mubazir. Tapi kekonyolan elite PKS membuatnya bertarung dan hasilnya adalah basis suara keduanya pecah dan kalah!," tambah Fahri.