Reza Anugrah Merasa Buntu Berperan Jadi Tokoh Nasional, Susah Hilangkan Logat Sunda
Reza mengaku merasa kesulitan memerankan tokoh Zein Hasan karena karakter tokoh nasional ini berbanding terbalik dengan dirinya.
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Isal Mawardi
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Berperan sebagai tokoh nasional adalah hal yang tak mudah. Harus mendalami keadaan secara emosional saat masa-masa kemerdekaan membuat Reza Anugrah yang berperan sebagai Zein Hasan merasa buntu.
Pertama kali terjun ke dunia film layar lebar membuat mantan personel boyband Smash ini merasa terkejut saat terpilih saat casting film Moonrise Over Egypt.
Reza mengaku merasa kesulitan memerankan tokoh Zein Hasan karena karakter tokoh nasional ini berbanding terbalik dengan dirinya.
"Butuh waktu selama dua bulan untuk mendalami karakter Zein Hasan yang berwibawa, tegas, dan seorang pemimpin," ujar Reza saat jumpa pers di Mercure City Center, Jalan Lengkong Besar No 8, Kamis (22/3/2018).
Masalah yang dialami Reza adalah logat Sunda yang melekat saat berbicara.
Baca: Kilas Balik Perjuangan Kemerdekaan RI di Mesir Digambarkan dalam Film Moonrise Over Egypt
"Untuk menghilangkan logat Sunda, saya enggak mau pulang ke Bandung," ujar kakak dari Ilham Smash ini.
Di sela pendalaman karakter, Reza merasa buntu hingga memutuskan pulang ke Bandung untuk menenangkan dirinya.
Pencerahan datang ketika anak dari Zein Hasan membantu dirinya untuk lebih mengenal sosok yang telah berjasa untuk pengakuan kemerdekaan Indonesia ini.
"Sampai sekarang saya masih merinding, karena bener-bener dibantu banget, bahkan saat syuting keluarga beliau suka melihat," ujar Reza.
Jalan Asia Afrika Bandung, Surga Dunia Bangunan Tua Era Kolonialisme https://t.co/6i1IYIXTY0 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 23, 2018
Menurut Reza, Hasan adalah seseorang yang sangat membenci seorang pengkhianat, kalimat yang selalu diucapkan berulang adalah "Jika saya menemukan pengkhianat, saya akan menghabisinya,"
Film ini mengedukasi pelajar muda untuk mengingat lagi sejarah 1947, dimana Indonesia mendapat pengakuan de jure dari pemerintahan Mesir ke Kedaulatan Indonesia.