Pilgub Jabar
Ridwan Kamil Mengaku Keturunan Sunan Gunung Djati, Satu dari Sembilan Wali Songo, Nih Silsilahnya
Saya baru tahu beberapa waktu lalu, setelah 45 tahun saya hidup. Ada keturunan Sunan Gunung Djati dari istrinya yang asal Banten
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Saat berziarah ke makam Sunan Gunung Djati, calon gubernur Jabar Ridwan Kamil mengaku ia masih keturunan Sunan Gunung Djati.
"Saya baru tahu beberapa waktu lalu, setelah 45 tahun saya hidup. Ada keturunan Sunan Gunung Djati dari istrinya yang asal Banten, karena saya turunan dari Garut," ujar Ridwan Kamil saat ditemui di makam Sunan Gunung Djati, Kota Cirebon, Selasa (6/3/2018).
Baca: Sering Alami Keringat Dingin? Wajib Waspada, Penyakit Mematikan Ini Bisa Jadi Penyebabnya
Menurut Ridwan Kamil, Sunan Gunung Djati mempunya istri dari Banten yaitu Nyi Mas Kawung Banten. Kemudian punya anak bernama Maulana Hasanuddin, Maulana punya anak bernama Ratu Biru. Ratu Biru kemudian punya anak yakni Syekh Rahmatullah, orang Banten yang menyebarkan Agama Islam di Garut.
Bripda Asrul Berani Lakukan Ini di Depan Ayahnya, Ribuan Orang Menonton https://t.co/Hai9d1RFil via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 6, 2018
'Syekh Rahmatullah turun ke kakek saya, KH Muhyidin, lalu ke ayah saya, kemudian saya. Ini perjumpaan pertama dalam sejarah hidup saya yang sekian persennya datang dari sini," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil.
Kang Emil pun mengaku sangat mengagumi sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati yang merupakan satu dari sembilan wali itu atau Wali Songo.
Menurut Ridwan Kamil, Sunan Gunung Djati mampu meraih hati masyarakat dengan berdakwah dan cara-cara yang baik untuk menjadi pemimpin.
Agus Yudhoyono Pamer Foto Masa Lalu, Perasaan Netter Campur Aduk, Kecewa Sekaligus Sedih https://t.co/ejqpynqre8 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 6, 2018
Sunan Gunung Djati pun hanya dalam tempo 50 tahun dapat meng-Islam- kan tanah Jawa.
Padahal selama 500 tahun, para penyebar Islam sebelumnya mengalami kesulitan.
'Ini artinya cara dakwahnya mudah diterima oleh kultur budaya Sunda dan Jawa. Karena dia berdakwah dengan cara yang mudah diterima oleh masyarakat Jabar," kata Kang Emil.