Selain 1.000-an Warga Tewas, Letusan Gunung Agung 1963 Juga Munculkan Dampak Lain yang Sangat Parah
Letusan Gunung Agung di Bali tahun 1963 merupakan yang paling mematikan pada era setelah Indonesia merdeka.
TRIBUNJABAR.CO.ID - Letusan Gunung Agung di Bali tahun 1963 merupakan yang paling mematikan pada era setelah Indonesia merdeka.
Letusan gunung api ini juga dikenal sebagai salah satu yang terkuat di abad ke-20.
Namun, yang membuat letusan Gunung Agung dikenal secara global terutama karena dampaknya telah memicu pendinginan Bumi.
Laporan Kepala Bagian Vulkanologi Direktorat Geologi Djajadi Hadikusumo ke UNESCO pada 1964 menyebutkan, letusan Gunung Agung saat itu menewaskan 1.549 orang.
Baca: Duel Persib Bandung Vs Bhayangkara FC, Ini Prakiraan Susunan Pemain Kedua Tim
Sekitar 1.700 rumah hancur, sekitar 225.000 jiwa kehilangan mata pencarian, dan sekitar 100.000 jiwa harus mengungsi.
Dampak susulan berupa banjir lahar kemudian menghancurkan perkampungan di lereng selatan Gunung Agung dan menewaskan 200 orang. Delapan jembatan hancur.
Karangasem terisolasi total. Pasokan bahan pangan dan obat-obatan terpaksa lewat laut.
Bencana itu juga bahkan memukul seluruh Pulau Bali.
Sebanyak 316.518 ton produksi pangan hancur.
Baca: TERPOPULER PERSIB - Kehilangan Ezechiel, Harapan Bobotoh pada Spaso, hingga Komentar Egy pada Persib
Kondisi itu diperparah dengan gempa bumi yang melanda Bali pada 18 Mei 1963, lalu Gunung Batur pun meletus pada September 1963 hingga Mei 1964.
Letusan Gunung Agung ini memang masih lebih kecil dibandingkan dengan letusan gunung api di Indonesia yang terjadi pada abad sebelumnya, yaitu Tambora tahun 1815 dan Krakatau tahun 1883.
Namun, untuk letusan abad ke-20, letusan Gunung Agung hanya bisa disaingi letusan Gunung Pinatubo di Filipina tahun 1991 yang menewaskan 840 jiwa. (Kompas Print / Ahmad Arif)