Ribuan Anak-anak Aleppo Terancam Mati Kedinginan

Ratusan keluarga hanya bisa saling memeluk dan meringkuk untuk mengurangi rasadingin di jalanan dan di puing-puing bangunan.

Editor: Dedy Herdiana
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
ILUSTRASI: HENTIKAN PENGEBOMAN - Pelajar kelas V SD Juara memperlihatkan surat yang akan dikirim ke markas PBB di New York dan para Duta Besar negara Islam di Jakarta dengan tema "Aleppo is Burning" di Kantor Pos Gedung Sate, Jalan Cilaki, Kota Bandung, Selasa (3/5/2016). Aksi solidaritas ini berisi himbauan untuk menghentikan pengeboman di Aleppo Suriah, sekaligus untuk menanamkan rasa empati dan peduli sejak usia dini. 

DAMASKUS, TRIBUNJABAR.CO.ID - Ribuan anak-anak terancam mati kedinginan di jalanan kota Aleppo setelah evakuasi warga sipil dari kota itu tertunda karena perdebatan soal nasib dua desa di dekat Aleppo.

Ratusan keluarga hanya bisa saling memeluk dan meringkuk untuk mengurangi rasadingin di jalanan dan di puing-puing bangunan.

Di tengah suhu di bawah nol derajat Celcius, Sabtu (17/12/2016) malam, mereka harus menunggu digelarnya kembali proses evakuasi setelah sempat tertunda.

Para orangtua terpaksa membakar sampah atau apapun dan membungkus anak-anak mereka dengan menggunakan selimut.

Di tengah malam itu mereka dihadapkan pada dua pilihan sulit yaitu bertahan di tengah cuaca dingin untuk mempertahankan posisi antrean atau pergi mencari perlindungan tapi kehilangan posisi antrean.

"Mereka pada dasarnya harus mengambil satu keputusan yang sama-sama tragis," kata Melodie Schindler, juru bicara Komite Palang Merah Internasional (ICRC).

Suhu udara di Aleppo diperkirakan akan anjlok hingga -3 derajat Celcius dan ICRC serta organisasi kemanusiaan lainnya memperingatkan anak-anak dan korban luka berisiko tewas dalam kondisi ini.

"Musim dingin ini akan membunuh ribuan orang yang tak memiliki rumah untuk melindungi mereka," kata Dewan Pengungsi Norwegia (NRC).

"Ini merupakan perlombaan melawan waktu untuk memastikan evakuasi yang aman bagi orang-orang yang ingin pergi," tambah NRC.

Sekitar 10.000 orang berhasil dikeluarkan dari Aleppo pada Kamis dan Jumat lalu, tetapi evakuasi terhenti ketika rezim Suriah dan sekutunya Iran mengeluarkan tuntutan baru.

Mereka menginginkan agar warga di dua desa yang dikuasai dan dikepung pemberontak juga diizinkan untuk pergi.

Pasukan pemerintah Suriah mengatakan, mereka akan menghentikan siapa saja yang akan meninggalkan Aleppo hingga warga desa Kefraya dan Al-Foua dievakuasi.

Kedua desa yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk Syiah, dikepung pasukan pemberontak sejak akhir tahun lalu.

(KOMPAS.com)

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved