Warga Bentrok dengan TNI AD, Tujuh Orang Luka
MALANG, TRIBUN - Tak terima baliho dan patok yang dipasang warga di areal tanah sengketa dicabuti, warga bentrok dengan TNI AD.
Editor:
Giri
MALANG, TRIBUN - Tak terima baliho dan patok yang dipasang warga di areal tanah sengketa dicabuti oleh anggota TNI AD, warga bentrok dengan TNI AD. Akibatnya, tujuh warga mengalami luka-luka.
Bentrokan tersebut terjadi di Desa Harjokuncaran, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Anggota TNI AD diperkirakan ada tiga pleton pasukan di lokasi kejadian. Tanpa bersuara dan memberi tahu, anggota TNI AD itu langsung mencabuti baliho dan mencabut patok tanah yang sebelumnya dipasang warga di lahan sengketa yang dikuasai Pusat Koperasi TNI Angkatan Darat (Puskopad) Komando Daerah Militer V/Brawijaya. Akibatnya, bentrok tak terhindarkan antara warga dan TNI AD.
Terjadi saling pukul antara kedua belah pihak sehingga membuat sejumlah petugas TNI AD dan warga terluka. Namun, walau warga mengalami luka-luka, tak satupun yang dilarikan ke rumah sakit. Hanya dirawat di rumahnya masing-masing.
"Warga yang terluka diketahui ada tujuh orang. Tiga di antaranya mengalami luka parah di kepala kena pentungan milik TNI," kata Hadi Suyatno, Ketua Paguyuban Kelompok Tani, Desa Harjokuncaran, saat dihubunngi Kompas.com, Jumat (6/7/2012) malam.
Sementara untuk jumlah anggota TNI AD yang terluka, hingga kini belum diketahui. "Sampai saat ini, warga memilih mundur. Namun tetap bersiaga. Khawatir ada serangan balasan dari anggota TNI AD," ujarnya.
Lebih lanjut Hadi menceritakan, akibat bentrokan itu, warga ada yang terluka di bagian kepala, kaki akibat pentungan tentara. Sengketa tanah ini berada di atas lahan sengketa di lahan seluas 620 dari total luas 666 hektare tanah sengketa yang dituntut 828 dari 1.200 keluarga di tiga dusun (Mulyosari, Majapurna, dan Sumberpalung).
Hadi Suyatno menegaskan, warga tak akan tinggal diam. Warga tetap akan memasang patok yang telah dicabut oleh petugas TNI AD. "Kami akan memasang lagi, kalau kami mundur sama saja kami kalah," tegasnya.
Sementara itu, Bupati Malang, Rendra Kresna, kepada Kompas.com yang dihubungi via telepon mengatakan, pihaknya sudah mendengar kabar bahwa warga bentrok dengan TNI AD di lahan sengketa di Desa Harjokuncaran itu.
"Saya sudah memerintahkan Camat dan semua pihak termasuk petani untuk memperjuangkan hak-hak yang mereka inginkan dengan pola-pola musyawarah dan koridor hukum yang ada. "Kami tak punya kebijakan soal itu. Karena masalah pertanahan itu, keputusannya ada di pemerintah pusat," kata Rendra.
Rendra juga meminta agar kedua pihak bisa menahan diri. Terutama warga setempat. "Saya berharap semua pihak bisa menahan diri. Agar tak sampai terjadi korban jiwa. Warga juga harus bisa menahan diri," pintanya.
Sementara itu, menurut pengakuan Kapolsek Sumbermanjing Wetan, AKP Farid Fathoni, pihaknya sudah melakukan negoisasi dengan warga, setelah mengetahui ada petugas TNI AD yang mendatangi lahan sengketa yang dipatoki warga.
"Kami sudah meminta warga bisa menahan diri. Tapi tak juga digubrisnya. Warga tetap tidak terima dan melakukan perlawanan. Akhirnya terjadi bentrok antara warga dan TNI AD yang melepas baliho dan patok tanah yang dipasang warga itu," aku Kapolsek singkat, saat dihubungi via telepon.(*)
Berita Terkait